Mohon tunggu...
Asep Rudi Casmana
Asep Rudi Casmana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta / Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik / Aktifis Himpunan Mahasiswa Islam UNJ.\r\nFacebook : aseprudicasmana@yahoo.co.id\r\nTwitter : @aseprudi93\r\nE-Mail : aseprudi83@gmail.com\r\nMy Blog : www.aseprudicasmana.blogspot.com\r\nTelp. 6285624065122

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

LDR-an Yuk Neng “Ulan” Kaya Gerhana

9 Maret 2016   14:52 Diperbarui: 9 Maret 2016   15:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena ini adalah pengalaman pertama Kang Asep untuk mengikuti pelaksanaan Shalat gerhana matahari secara berjamaah, ada sesuatu hal yang berbeda terutama pada saat gerakannya. Menurut H. Aminudin Aziz, S.Si. yang merupakan imam dan khatib shalat sunah gerhana di Masjid Al-Huda, Karangwuni, pelaksanaan shalat gerhana ini gerakannya sangat berbeda. Dalam satu kali salam shalat sunah yang terdiri dari dua rakaat, shalat gerhana ini memiliki empat kali ruku. Jadi setelah ruku pertama di rakat pertama, para jamaah kembali berdiri dan membaca surat Al-fatihah dan surat-surat Al-Qur’an yang kemudian dilanjutkan ruku kedua dan sujud. Hal ini juga diterapkan pada saat pelaksanaan rakaat yang kedua, dimana terjadi dua kali ruku. Pak Ustadz mengatakan bahwa hukum shalat gerhana itu adalah Sunah Muakad, dimana sunah yang paling dianjurkan atau kalau menurut kebanyakan ulama bahwa sunah muakad itu sifatnya mendekati kepada wajib. Sehingga alangkah lebih baiknya apabila dilaksanakan, namun kalaupun tidak dilaksanakan tidak apa-apa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi mengenai pelaksanaan shalat sunah gerhana ini sudah menyebar ke beberapa wilayah di Kota Yogyakarta, Pak ustadz mengatakan bahwa ia merasa sangat senang kalau masyarakat di sekitar jalan Kaliurang banyak yang melaksanakan shalat gerhana. Kang Asep juga mendengar suara Adzan yang menghiasi dini hari pada tanggal 9 Maret ini.

Setelah selesai pelaksanaan shalat gerhana, pak Ustadz Aminudin melanjutkan dengan khutbanya. Dia mengajak kepada masyarakat setempat untuk mulai meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang sifatnya musyrik sperti mitos-mitos terdahulu. Beliau mengatakan bahwa pada saat terjadi pelaksanaan Gerhana Matahari di Kota Yogyakarta ini tepatnya pada pukul 06.20 hingga 08.30 lebih baik masyarakat dianjurkan untuk memperbanyak shalawat, berdoa, bertasbih dan bersedekah. Karena hal itu merupakan amalan yang sangat baik dan akan mendapatkan pahala. Jangan sampai melakukan hal-hal seperti menabuh kentongan atau meledakan petasan yang dipercaya akan mengusir roh-roh jahat. Sehingga, beliau mengajak untuk dapat terus berbuat kebaikan pada saat pelaksanaan shalat gerhana ini.

……

Setelah pelaksanaan shalat gerhana matahari ini, kang Asep merasa sangat senang karena benar-benar mendapatkan pengetahuan baru hari ini. Saking serunya ceramah tadi, ia sampai lupa mengenai apa yang ditunggu-tunggu hari esok.

Kalau menurut si Kang Asep, mengetahui mitos-mitos mistis yang terjadi pada jaman terdahulu juga sangat seru untuk dipelajari karena akan menambah pengetahuan dan pehaman kita. Jadi si Kang Asep ini memang suka banget membaca Majalah Tempo, pas kebetulan ada yang membahas mengenai mitos gerhana matahari.

Ternyata, kisah gerhana matahari itu sudah tercantum dalam sebuah kitab bernama Tantu Panggelaran (Saka, 1577). Dalam kitab itu disebutkan ada sebuah tempat air keabadian yang siapapun meminum air itu, maka ia akan hidup kekal selamanya. Tidak ada yang bisa membunuh dia. Air itu tersimpan dalam sebuah kendi bernana tatwamerta simbawa. Pokonya kendi itu dijaga secara rahasia. Namun suatu hari kendi air keabadian itu sempat hilang entah kemana, kepercayaan orang-orang terdahulu mengatakan bahwa kendi itu dicuri oleh 2 raksasa yang sangat jahat. Posisi saat ini kendinya sudah ditemukan dan dijaga oleh para dewa.

Suatu hari, para dewa sedang melaksanakan sebuah pesta untuk meminum keabadian itu. Mungkin para dewa itu ingin hidupnya abdi, sehingga semuanya meminum air keabadian yang berada di kendi itu. Pesta itu disaksikan langsung oleh Batara Prameswara, ia memiliki jabatan lebih tinggi daripada para para dewa.

Celakanya, ditengah-tengah pesta tersebut, ada satu orang raksasa yang bernama Rahu ikut dalam pesta minum air keabadian itu. Karena ia juga ingin hidupnya abadi, sehingga ikut menyelusup dalam pesta yang sangat megah dan mewah itu. Kedatangan raksasa rahu diketahui oleh Sang Hyang Raditya (dewa matahari) dan Sang Hyang Chandra (dewa bulan) yang mereka berdua secara langsung melaporkan kepada dewa wisnu.

Dewa Wisu langsung menindaklanjuti karena ia merasa sangat kesal terhadap kedatangan tamu yang tidak diundang itu, dewa wisnu mengatakan bahwa mengapa ada raksasa yang sangat berani masuk kedalam pesta minum air keabadian itu? Langsung dia mengambil cakra dan melemparkan ke raksasa rahu hingga mengena ke lehernya dan putus dari badannya. Namun sayangnya, Rahu sudah meminum seteguk air keabadian itu, meskipun belum sampai ke badannya itu air. Karena sudah meminum, akhirnya kepalanya rahu menjadi abadi dan tidak akan pernah mati.

Konon Katanya, rahu merasa sangat marah kepada Dewa Matahari dan Dewa Bulan, sehingga ia selalu ingin balas dendam dengan menggunakan kepalanya untuk memakan kedua dewa itu. Asal muasal mitos batara kala (mahluk raksasa yang dipercaya bertanggung jawab atas hilangnya matahari karena dimakan olehnya) yang dipercaya oleh masyarakat Jawa pada jaman dulu adalah raksasa rahu.

Kalau jalan-jalan ke Palembang, masyarakat tiongkok kota itu pada jaman dulu berasumsi bahwa gerhana matahari adalah proses dimakannya matahari oleh sebuah naga yang sangat besar sebagai bukti kemarahannya terhadap manusia. Sehingga orang-orang percaya bahwa untuk meredam kemarahannya itu, mereka harus menyalakan petasan dan menabuh kentongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun