Mohon tunggu...
Asep R Sundapura
Asep R Sundapura Mohon Tunggu... Relawan - Blogger & Culturalpreneur

Penulis di Blog : Sundapura.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Goyang Karawang

15 Juni 2020   13:01 Diperbarui: 15 Juni 2020   13:14 3666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya tari Karawang berbeda dengan gaya tari daerah lain di Tatar Pasundan. Hal itu karena dipengaruhi oleh pola hidup, profesi dan lingkungannya. Masyarakat Karawang jaman dulu adalah ekosistem agraris. Hidupnya sederhana. Terbuka. Dan ekspresinya jujur dan apa adanya.

Kehidupan agraris tidak memungkinkan mereka memiliki potensi dan waktu untuk memikirkan kehidupan sosial politik yang kompleks ataupun memikirkan kreasi seni yang rumit. Mereka bicara, bertindak dan berkreasi sesuai apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan langsung.

Proses berpikir kreatif masyarakat Karawang dahulu lebih sederhana. Itulah sebabnya kesenian Karawang jaman dulu banyak mengambil inspirasi dari benda-benda sekitar dan dinamika aktifitas sehari-hari.

Ditambah lagi dengan minimnya tradisi literasi maka konsep rekayasa kata dalam olah seni mereka terbilang langka. Dan semua latar belakang hidup berupa profesi, lingkungan dan corak hidup sehari-hari itu yang kemudian terkristalisasi juga ke dalam cara mereka berekspresi seni tari.

Masyarakat Karawang jaman dulu dengan segala keterbatasannya tidak sampai ada waktu dan potensi untuk memikirkan cara gerak tubuh penuh simbol ala tarian kraton, ataupun merumuskan etika pertunjukan umum yang sopan dan santun menurut pandangan publik Priangan Timur.

Sebab masyarakat Karawang menciptakan seni tidak untuk mendapatkan pengakuan atau kehormatan dari pihak lain. Mereka menari untuk diri mereka sendiri. Mereka menari untuk menghibur teman dan tetangga. Dan karena hubungan sesama mereka sudah akrab maka cara menarinyapun adalah tarian keakraban atau tarian pergaulan.

Mereka menari terbuka dan penuh kejujuran. Tidak ada pihak seperti pejabat atau penguasa yang harus diperhatikan penilaiannya. Mereka menari untuk kesenangan hidup mereka setelah seharian lelah di sawah dan ladang. Mereka perlu hiburan. Dan itulah yang dibutuhkan oleh masyarakat pertanian Karawang. Dan ketika permintaan hiburan makin ramai maka lahirlah kelompok-kelompok seni dan para penarinya yang disebut Ronggeng.

Para ronggeng tidak seperti penari istana yang mendapat didikan etika dan gaya tari yang ketat dan rumit. Mereka hanyalah para perempuan desa biasa yang yang karena tuntutan ekonomi akhirnya memilih profesi sebagai ronggeng. Mereka belajar menari. Tapi tidak dari konsep tari rumusan para pujangga.

Mereka belajarnya dari olah rasa dan olah gerak seraya dibimbing penari yang lebih senior. Dan saking khasnya gaya tarian mereka akhirnya masyarakat luar daerah menyebut tariannya sebagai Goyang Karawang. Tetapi kemudian ada sebagaian ronggeng yang berlebihan dalam memainkan profesinya dihadapan para penonton lelakinya.

Dan inilah yang kemudian melahirkan pandangan bahwa para penari ronggeng itu adalah penggoda lelaki orang dan perusak rumah tangga. Padahal pada mulanya ronggeng adalah profesi mulia bagi perempuan desa.

Tidak sembarang perempuan bisa jadi ronggeng. Mereka dipilih dan terpilih. Bahkan banyak ronggeng-ronggeng legendaris di Tanah Karawang yang perannya bukan sebatas menari, tapi juga memainkan skenario sosial yang rumit. Tapi karena banyak ronggeng yang dianggap merusak rumah tangga orang akhirnya nama baik para penari tradisional tadi jadi jelek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun