Untuk itu sangat tidak relevan jika RJ Lino disandingkan dengan sosok perubahan seperti Jonan dan Risma. Perubahan pelayanan publik yang dihasilkan tentu harus bisa dirasakan dan dalam tingkatan yang lebih tinggi harus bisa dinikmati rakyat. Bagaimana dengan Pelindo II? Silahkan pemimpin negara blusukan bertanya kepada pengguna jasa bukan menilai lewat iklan media yang dipasang oleh pelindo II.
Pertanyaan lebih lanjut, apakah Rhenald mengetahui beberapa kasus Pelindo II yang sudah disampaikan diatas? Sangat dipahami jika Rhenald tidak tahu menahu soal kasus yang membelit Pelindo II sehingga dia menuliskan sosok Lino bak pahlawan dilihat dari aspek transformasi.
Namun ada pertanyaan yang menggelitik, bagaimana jika Rhenald tahu kasus-kasus Pelindo II namun tetap masih menggambarkan Lino seorang pahlawan?
Jika seorang Rhenald Kasali tetap menggambarkan sososk Lino seperti itu, boleh jadi itu tak lebih dari sebuah kegenitan yang dipertontonkan guru besar Ilmu Manajemen dari sebuah kampus ternama dengan jubah intelektual. Sungguh memprihatinkan sekali.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H