Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil, merilis pernyataan kineja Dirut Pelindo II luar biasa. Sofyan Djalil menyebutkan pertumbuhan arus bongkar muat kontener (troughput) di Pelabuhan Tanjung Priok meningkat dari 3 juta TEUs menjadi 7 juta TEUs.
Benarkah pernyataan Sofyan Djalil tersebut? Kita lihat data-data berikut ini.
[caption caption="Trafik Petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok"][/caption]
Pernyataan Sofyan Djalil itu sebenarnya copy paste dari omongan yang selalu disampaikan Direksi PT Pelindo II yang selalu mengklaim telah terjadi kenaikan double pada pertumbuhan trafik petikemas di Tanjung Priok pada kurun 3 tahun (2010, 2011, dan 2012) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18% sebagaimana grafik di bawah.
Padahal kenaikan tajam tersebut disebabkan semenjak pengoperasian fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok diserahkan ke terminal-terminal operator (TO) swasta pada kurun waktu 2000-2010 Pelabuhan Tanjung Priok tidak pernah mencatat trafik petikemas yang dihandle oleh TO-To tersebut. TO tidak pernah melaporkan jumlah barang yang ditangani.
Dengan demikian, dalam kurun waktu tersebut, troughput yang dirilis adalah arus bongkar muat yang hanya dihandle Pelindo II dan anak-anak usaha.
Ketika kontrak TO tahap II berakhir tahun 2010 dan sebagian lainnya tahun 2011, Pelabuhan Tanjung Priok mulai mencatat kegiatan penanganan bongkar muat yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok.
Dengan demikian, TERKESAN TERJADI LONJAKAN ARUS PETIKEMAS SECARA TAJAM PADA KURUN WAKTU TERSEBUT.
Padahal, rata-rata pertumbuhan trafik petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok dalam kurun waktu tahun 2000-2009 adalah sebesar 5%.
Yang memprihatinkan, penggunaan data yang bias itu digunakan untuk keputusan-keputusan investasi, salah satunya proyek Kalibaru yang jelas sangat menyesatkan.
Satu hal lagi, Sofyan Djalil lupa kalau pertumbuhan trafik petikemas itu lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang rata-rata 6% sampai dengan 7%
Jadi kalau dibilang pertumbuhan petikemas meningkat 100% itu jelas sulit diverifikasi kebenarannya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H