Mohon tunggu...
Asep Nurjamin
Asep Nurjamin Mohon Tunggu... Dosen - suka menulis dan membaca puisi

Sedang berusaha untuk menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Secangkir Kopi

24 Mei 2021   13:20 Diperbarui: 24 Mei 2021   13:36 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari secangkir kopi,

sederet kepahitan merembesi pori-pori, 

hitam pekat,

hitam kecoklatan,

sesendok gula adalah pemanis yang tak sempat kutuang,

pada angan semata, 

terlanjur kauseduh perasaan itu.

Pada secangkir kopi,

ampas kekecewaaan memburamkan dinding gelas,

bagai awan hitam menghalangi pandangan, 

mataku terasa demikian keruh,

untuk sekadar melihat ke arahmu,

memastikan posisi dan kehadiranmu.

Pada secangkir kopi,

harum masa lalu adalah kenangan penuh madu,

padahal semua kisah telah kita telan dalam beberapa tegukan,

buih kepedihan mengambang di permukaan,

setelah kauaduk,

di antara kisah kita,

hanya tersisa secangkir kopi yang dingin dan sepi.

Secangkir kopi,

terlampau kental dan basi,

tak sempat kucicipi,

tersia-sia hingga akhir percakapan, 

nikmatnya hanya angan semata,

pahitnya kian meronta dalam pekat hitamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun