"Sebuah Taman di Pinggir Kota 1"
Di sebuah taman, pada sebuah pagi yang cerah, seorang kakek dan seorang nenek tak saling kenal, datang dari masa lalu yang jauh, telah mereka lewati indahnya hidup dengan mata yang indah cemerlang, sepasang kaki yang lincah riang, serta segenap rasa bahagia di sepanjang jalan berbatu.
Masa lalu, kisah cinta yang dahulu, daun-daun terayun angin yang terus berjalan menuju sepi, alun kecil di permukaan kolam, adalah kerutan pada wajah menggantikan kecantikan gadis belia.
"Sebuah Taman di Pinggir Kota 2"
Tongkat berkaki tiga bukanlah cita-cita, tapi ia setia menapaki jalan yang kian renta, kaulipat masa lalu dalam gulungan rambut yang kian tipis dan putih, siapa sangka pemuda gagah penuh pesona itu, kini duduk dengan punggung melengkung, dengan mata yang buram, dengan senyum yang penuh penyesalan.
Kisah masa lalu bak pohon rindang di sepanjang taman itu, daun-daunnya seti menunggu angin terakhir yang akan segera tiba, dan membawanya ke sebuah taman lain yang lebih dingin dan sepi.
Ini bukan cita-citaku, gumamnya, entah bicara pada diapa, sebab kini tak seorang pun bernapsu mendengar keindahan suaranya
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H