Aku ini manusia milenial,
di persimpangan,
manual digital,
perasaannya teraduk tercabik dalam sisi gelap Pilkada,
persaudaraan terancam,
resah dalam perbedaan,
lemah bersikap,
rentan perselisihan.
Aku ini manusia gamang,
di antara tradisi dan inovasi,
tapi telanjur terlempar ke masa depan yang aneh dan mengagetkan,
berbagi senyum dan anggukan ramah dengan si asing di belahan terjauh bumi ini,
tapi tak sempat menyapa teman serumah.
Aku ini incaran,
umbaran rayuan gaya hedonisme,
hari-hariku telah kausita demikian rupa,
hingga terprovokasi  membuat lompatan akrobatik
yang sebenarnya tak mampu kulakukan,
dipaksa membeli barang yang sebenarnya di luar jangkauan daya beli,
sekadar untuk dikabarkan dan didecakkagumi,
tapi itu perlu biaya,
ongkos hidup,
sebab kalian beri kami suguhan kenyamanan dan kemewahan,
tapi kalian tak menunjukkan jalan,
cara kami dapatkan biaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H