Mohon tunggu...
Asep Nirman
Asep Nirman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN SGD Bandung
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ingin menjadi seorang Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Bumi Manusia

20 November 2023   21:21 Diperbarui: 23 November 2023   18:03 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumetasi Pribadi

Minke adalah mata dan perasaan yang digunakan Pramoedya Ananta Toer untuk menggambarkan gimana sih kondisi Nusantara pada akhir abad ke 18 dan awal 19.

Pada saat itu Indonesia sedang berada pada masa politik etis masa kebangkitan nasional. 

Roman ini terdiri dari 4 buku, yang pertama berjudul Bumi manusia. 

Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke. Raden mas Minke ini tokoh mengambil perjalanan hidupnya Raden Mas Tirto Adhi Soerjo (TAS) Bapak pers Indonesia. 

Kisah ini berlatar di Soerabaya, dan Wonokromo. Minke adalah seorang siswa HBS/ Sekolah Menengah Atas yang pada saat itu menjadi siswa HBS itu berarti istimewa sekali jaminan masa depan cerahlah gitu. 

Para siswa HBS ini juga bukan orang sembarangan, hanya putra-putra pejabat Indo ataupun eropa Totok yang bisa masuk kesana. Tapi walaupun dia Siswa HBS bukan berarti pergaulan Minke itu disamakan sama siswa HBS lainnya, kasta tetep berlaku, dia yang pribuminya berkasta rendah disekolahnya sendiri, tidak jarang dia dipermalukan sama temen-temennya sendiri. 

Suatu hari Minke diajak oleh seorang kawan yaitu Robert Surhof untuk menemaninya mengunjungi seorang kawan yang tinggal di Wonokromo, Robert Mellema namanya. 

Sebenarnya Robert Suurhof ini suka sama adiknya Robert Mellema, namanya Annelies Mellema tapi kan jadi zaman dulu ketika ada orang ingin menarik hati seorang perempuan atau menarik hati lawan jenis itu biasanya dia akan membawa seorang lain yang menurut dia lebih jelek dari pada dia. 

Jadi dengan dia membawa orang yang kalah statusnya dibawah dia maka dia dianggap lebih tinggi statusnya, kalau dia lupa kan kadang-kadang cewek-cewek itu suka bawa monyet. 

Pada saat itu ya dengan harapan bahwa kalau dia membawa seekor monyet maka cowok-cowok akan menganggap dia lebih cantik. Nah ini modelnya juga sama tapi yang terjadi ternyata justru Annelies bukannya suka sama Robert Suurhof tapi malah jadi suka sama si Minke dan Minke juga memang jatuh cinta sama analis jadi nggak bertepuk sebelah tangan dong apalagi Nyai Ontosoroh ibunya analis juga suka sama Minke nah tokoh Nyai Ontosoroh ini yang membuat saya terpaku pada cerita, saya jatuh cinta pada dia, Nyai Ontasoroh ini seorang perempuan setengah baya yang berkarakter sangat kuat dan independen, sebutan Nyai pada masa kolonial Belanda berarti gundik simpanan orang Eropa yang tidak dinikahi secara resmi tapi tapi tinggal serumah bahkan melahirkan anak-anak berdarah campuran posisi nyai ini dianggap lebih beruntung dari perempuan pribumi tapi secara moral direndahkan. 

Nyai tinggal bersama Herman Mellema, laki-laki yang membelinya dan anak-anak hasil hubungan mereka dan karena Herman Mellema itu sakit maka Nyai lah yang memimpin bisnisnya dengan kepandaian ala Eropa Nyai Ontasaroh memang berdarah pribumi tapi tutur kata budaya pengetahuan kecakapannya sebanding dengan orang Eropa yang terpelajar dalam sekali kunjungannya Nyai Ontosoroh menilai Minke sebagai anak muda yang baik dan bisa diandalkan selain karena menyukai Annelies kepribadian Nyai Ontosoroh serta misteri keluarga Mellema adalah daya tarik lain untuk Minke, jadilah Minke menyetujui tinggal di rumah itu Nyai Ontosoroh adalah potret wanita yang langka pada masa itu memang banyak wanita lain yang mulai bekerja meski dipandang aneh oleh zaman tapi Nyai bukan orang yang diatur untuk mengerjakan sesuatu tapi dia yang mengatur banyak orang bekerja selain Nyai Ontosoroh dan Annelies dalam keluarga Mellema terdapat juga Robert kakak kandung Annelies, Herman Melema sang ayah yang saat minke bertemu dengannya sudah dalam keadaan stres dan kacau balau, tentu bukan hanya keluarga saja yang tinggal di rumah di Wonokromo keluarga kaya zaman dulu tentunya sepaket dengan para pelayan pembantu termasuk centeng dari semua itu menurut saya untuk yang paling keren itu Darsam, Darsam menurut saya keren banget. 

Sebagai seorang pelajar Minke sebenarnya sudah bekerja juga walaupun masih part time dia menawarkan alat-alat rancangan rumah tangga pada temannya ke orang tua-orang tua temannya di sekolah atau menawarkannya di pelabuhan. Selain itu Minke suka menulis di media masa dengan nama pena Max Tollenaar

, dan sebagai Max Tollenaar, Minke menyuarakan pemikiran-pemikirannya dan saat ini pengaruh media massa tulisan sangat kuat sehingga sebuah tulisan bisa menggerakkan orang lain bahkan bisa memancing kerusuhan.

Minke yang dididik dengan kesetaraan mungkin tidak berdaya di dunia nyata tapi melalui tulisan dia menggugat itu. Ini kisah tentang perempuan-perempuan kuat selain Nyai Ontosoroh kita juga akan diperkenalkan dengan ibunya Minke keluarganya ada juga guru dan kawan-kawan wanitanya Minke keadaan mungkin akan baik-baik saja jika tidak ada kasus pembunuhan Herman Mellema yang langsung menarik perhatian khalayak dan cukup mencungkil balikan ketenangan di kediaman Mellema di Wonokromo namun selepas badai datang lagi badai yang lebih besar yang kemudian memporak-porandakan rumah tangga Mellema. 

Terus terang saya agak maju mundur untuk membuat resensi atau membahas tentang buku ini karena sudah terlalu banyak lah resensi atau review buku ini beredar Di YouTube apalagi setelah film bumi manusia sempat ditayangkan

Cuma masalahnya emang saya punya niat untuk membuat atau membahas semua buku dari tetralogi buru mana mungkin saya lompatin buku pertamanya langsung buku kedua semoga mau saya buat review buku ini dan buku ini besar bukan cuma kisah dalam ceritanya tapi juga kisah buku itu sendiri, ini cukup memiliki petualangan juga si bukunya kita tahu Pramoedya Ananta Toer sempat menjadi tahanan politik pada masa pemerintahan presiden Soeharto nah pada tahun 1980 hasil Nurahman pemimpin redaksi Bintang Timur bersama Pram dan Yusuf Ishak yang juga mantan tahanan di Pulau Buru melakukan diskusi untuk menerbitkan karya eks tapol naskah pertama yang terpilih adalah bumi manusia buku pertama dari 4 buku serial yang ditulis Pram pada masa tahanan Buru. 

Masalahnya naskah aslinya kan ditahan oleh petugas dipenjara dan tidak dikembalikan lagi tapi Pram berhasil mengumpulkan tulisan bukan kertas yang kemudian disalin dan dirajut lagi menjadi sebuah buku yyangutuh. 

Hasyim dan Yusuf mencoba mencari dukungan dari pejabat pemerintah dan ternyata diberi sambutan yang baik oleh Adam Malik yang pada saat itu wakil presiden Republik Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1980 naskah berhasil diterbitkan dan dalam waktu 12 hari 5000 kopi terjual habis hanya dalam waktu beberapa bulan beberapa negara udah mendekati penerbit untuk menerjemahkan dan menerbitkan buku ini sementara itu pada bulan November buku ini sudah mencapai cetakan ketiga dan sudah terjual sekitar 10.000 kopi.

pada tahun selanjutnya (1981) Kejaksaan Agung melarang buku ini dengan tuduhan bahwa buku ini mempropagandakan ajaran Marxisme Leninisme dan Komunisme walaupun tidak ada sama sekali mengenai itu di buku ini. awalnya percetakan yang diminta untuk tidak mencetak buku ini lagi Kemudian beberapa organisasi yang memang bentukan Orde Baru mengadakan diskusi yang hasilnya mengecam buku ini lalu kemudian media massa banyak menulis kecaman sementara tulisan yang memuji buku ini dilarang terbit. 

Dan begitu alurnya sampai 28 Mei 1981 Jaksa Agung menulis SK nomor 52/JA/1981 tentang pelarangan Bumi Manusia dan Anak Semua bangsa semua agen dan toko buku didatangi oleh Jaksa Agung yang menyita semua eksemplar buku Bumi manusia dan anak semua bangsa tapi ada juga yang menyerahkan secara sukarela. 

Hal terpenting yang saya dapatkan dari buku ini adalah betapa sakitnya dijajah belajar mengenai rasa sakit yang lain dari kisah-kisah saat pahlawan kita satu persatu dikalahkan di penjara dibuang selama ini yang kita pelajari dari pelajaran-pelajaran sejarah seperti itu, bagaimana hebatnya Cut Nyak Dien melawan tapi kemudian kalah lalu ditahan belanda. Tapi dibuku ini kita mengenal rasa sakit lain yaitu rasa sakit diskriminasi sosial 5 dari 5 Bintang. 

Pewarta : Rya Fitri yani

Editor : Asep Nirman


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun