Mohon tunggu...
Asep Meshuri
Asep Meshuri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Itu Aktivitas Sunyi

Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Karakter Tidak Akan Terwujud Ketika Kita Bersekolah Hanya untuk Mencari Nilai

4 Maret 2020   04:03 Diperbarui: 4 Maret 2020   04:06 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kalau kita bicara tentang pendidikan, pendidikan hal yang sangat fundamental untuk menentukan nasib sebuah bangsa. Sebab generasi penerus bangsa akan ditempa di sekolah-sekolah. 

Ketika pola pikir anak-anak sudah keliru menyikapi suatu hal,  ini akan berdampak besar pada bangsanya dikemudian hari. Katakanlah ketika kita berbicara tentang tujuan bersekolah.

Seperti yang semua kita tau, kalau tujuan kita bersekolah itu hakikatnya untuk mencari ilmu. Tapi, kita masih banyak menemui anak-anak yang bersekolah hanya untuk mencari nilai. 

Nilai seakan-akan menjadi tujuan mereka dalam bersekolah. Sebab, mungkin bagi mereka, kalau mereka mendapatkan nilai yang tinggi, berarti mereka sudah berhasil dalam bersekolah. Dan, mungkin juga, mereka menganggap, kalau nilai yang tinggi juga untuk melenggangkan mereka lolos seleksi untuk kejenjang sekolah berikutnya.

Tujuan bersekolah untuk mencari nilai juga akan membuat anak-anak sekolah tidak jujur dan tidak disiplin. Padahal, selain untuk mencari ilmu, sekolah juga bertujuan untuk membentuk karakter pada diri tiap anak. 

Kalau tujuan anak-anak bersekolah hanya untuk mencari nilai, pembentukan karakter pada diri tiap anak itu tidak akan terwujud.

Kita lihat saja, pada saat anak-anak dihadapkan dengan ulangan harian, untuk menghasilkan nilai yang bagus mereka saling mencontek. Dan peristiwa ini membuat anak-anak tidak jujur. 

Begitu pun dengan kedisiplinan, anak-anak cenderung tidak disiplin ketika dihadapkan dengan PR yang seharusnya mereka kumpulkan jam enam pagi, mereka terlambat mengumpulkan, disebabkan mereka tidak puas dengan jawabannya sendiri dan berusaha meminta jawaban dari temannya. Ini juga takut nilainya jelek.

Ini juga mungkin yang mengakibatkan negeri ini krisis orang-orang yang jujur dan disiplin. Kita harus menghilangkan dari benak anak-anak kalau tujuan bersekolah bukan untuk mencari nilai tapi untuk mencari ilmu. Seperti yang sudah saya katakan di atas, 

Kalau tujuan anak-anak bersekolah hanya untuk mencari nilai, pembentukan karakter pada diri tiap anak itu tidak akan terwujud.

Dan ini berbahaya, ketika pendidikan karakter---kejujuran dan kedisiplinan--tidak dapat tercapai, ini akan berdampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita akan mudah berbuat hal-hal yang tidak jujur dan tidak disiplin.

Kita lihat saja, ketika ada orang menemukan dompet, selang beberapa saat orang yang kehilangan dompetnya datang dan menanyakan perihal dompetnya yang hilang, dengan entengnya kita bilang kalau kita tidak menemukan dompetnya.

Dan lagi, ketika kita membeli ke toko, kebetulan uang kembaliannya lebih, dengan senangnya kita tidak mengembalikan uang yang seharusnya dikembalikan kepada si penjual. Ini dua contoh ketidakjujuran.

Dan perihal kedisiplinan, sering kali kita janjian, katakanlah jam satu, kita datangnya malah jam dua bahkan lebih. Ini yang dinamakan  jam karet yang sudah menjadi budaya di negeri ini. Dan juga, ketika kita menjadi karyawan di sebuah perusahaan, yang seharusnya kita pulang jam empat sore malah kita pulang jam tiga sore. 

Ini dua contoh tentang ketidakdisiplinan. Dan banyak contoh-contoh yang lain tentang ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan.

Peristiwa-peristiwa sederhana yang saya utarakan di atas itu akan berdampak pada nasib negeri ini. Saya rasa, negara-negara yang maju akan banyak di uni orang-orang yang jujur dan juga disiplin. 

Bahkan menurut saya, modal utama untuk menjadi seorang pemimpin itu kejujuran. Kalau pemimpin sudah jujur, ia tidak akan membohongi dan mengakali rakyatnya. Saya rasa kejujuran lebih penting daripada kecerdasan dalam soal memilih seorang pemimpin.

Sedini mungkin kita harus mengubah pola pikir anak-anak bahwa bersekolah bukan untuk mencari nilai tapi mencari ilmu. Orang tua ataupun guru bisa berperan di sini, dengan sering memberikan penjelasan pentingnya kita bersekolah untuk mencari ilmu. 

Bahwa ilmu bisa membuat kita menjadi orang yang berguna dan sukses dikemudian hari. Dan juga, menurut saya, penghapusan pemeringkatan di rapor juga bisa meredam anak-anak supaya tidak terobsesi oleh nilai.

Mungkin dengan itu pola pikir anak-anak perihal tujuan bersekolah untuk mencari nilai bisa diubah dan  peristiwa-peristiwa yang saya sebutkan di atas tidak akan terjadi. Sebab anak-anak tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak jujur dan tidak disiplin dalam memperoleh nilai.

Dan, pada ujungnya tidak akan ada lagi peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang sudah saya utarakan di atas. Dan, saya juga yakin semakin banyak orang-orang jujur dan disiplin akan memberikan dampak yang besar untuk kemajuan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun