Kini aku masuk semester 6, dan road map hingga aku lulus sebagai sarjana pendidikan matematika nanti kurang lebih seperti ini: menyusun instrumen penelitian di semester 6 (diseminasikan), kemudian menyusun proposal skripsi di semester 7 (juga diseminasikan), terakhir menulis skripsi (di Semester 8, aamiin).
Goal atau tujuan akhirnya adalah menyusun desain didaktis atas dasar hasil research. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa desain didaktis yang dirancang nanti adalah desain terbaik, maka harus diawali terlebih dahulu dengan prediksi respon siswa ketika situasi pembelajaran nanti terjadi. Tentu prediksi tidak boleh asal-asalan. Harus berdasarkan hasil research berupa identifikasi. Di semester inilah aku ingin melakukan identifikasi tentang kesulitan belajar siswa.
Sebelum aku prediksi bagaimana respon siswa terkait kemungkinan hambatan belajar siswa, sebaiknya aku prediksi terlebih dahulu bagaimana pertanyaan yang muncul dari dosen pembimbingku nanti.
"Apa alasan kamu mengidentifikasi kesulitan siswa berpikir abstrak pada materi Induksi Matematik?" mungkin pertanyaan pertama dari beliau akan seperti itu.
"Saya yakin, matematika bersifat deduktif, kebenaran yang berlaku umum, maka siswa yang belajar matematik pun harus mendapatkan makna ke-deduktif-an itu saat mempelajari Induksi Matematik. Bukankah sebenarnya Induksi Matematik adalah langkah untuk menunjukkan bagaimana Deduktif-nya Matematik?" Wah, mengapa saya harus menanyakan balik?
"Lalu mengapa harus kemampuan berpikir abstrak yang dijadikan 'kambing hitam' lemahnya siswa memahami Induksi Matematik?"
"Karena mereka yang telah meneliti tentang kemampuan berpikir abstrak berkeyakinan bahwa semua objek matematika adalah abstrak, maka untuk memahami yang abstrak dibutuhkan cara berpikir abstrak ..."
"Tapi bagaimana pengaruh spesifiknya terhadap induksi matematik?" mungkin dosen pembimbing akan segera memotong penjelasanku.
"Beberapa istilah yang terkait dengan abstraksi adalah kemampuan generalisasi, formalisasi, dan menyadari adanya keterkaitan antar dua hal yang berbeda. Memahami Induksi Matematik adalah proses untuk memperoleh keber-umum-an (generalisir), memulainya dari empiris, kemudian menyadari adanya kesamaan antar konteks yang berbeda, menyusun konjektur (hipotesis penyelesaian), menggunakan simbol (penghilangan konteks), dan terakhir diformalisasi menjadi objek matematika yang dipahami secara utuh."
"Apa bekal yang kamu persiapkan untuk penelitian ini?"
"Setelah saya membaca skripsi-skripsi terkait dengan judul penelitian saya ini, maka dari kata identifikasi saya akan berhubungan langsung dengan desain didaktis, dan dari berpikir abstrak kemungkinan saya akan terlibat langsung dengan bacaan-bacaan tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan dari Induksi Matematik sepertinya saya awali dengan pendekatan Think Aloud."