Dalam menggembala waktu itulah penting untuk merangkul dan memberi pemahaman kepada nelayan serta industri kecil yang mengelola perikanan bahwa Kebijakan niscaya diarahkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi nelayan. Ini telah menjadi janji kampanye pemerintahan Jokowi pada saat pemilihan Presiden.
Banyak sudah prestasi menteri kelautan Susi Pudjiastuti. Keputusannya untuk menghancurkan para pencuri ikan bahkan telah mendapatkan prasasti di pantai pengandaran berupa kepal raksasa yang saat ini telah menjadi monumen peringatan bagi para pencuri ikan di wilayah Indonesia. Bahkan atas semua prestasi itu ibu menteri Susi telah menjadi primadona di luar negeri seperti di Jepang baru-baru ini yang bahkan sosoknya dimuat dalam sebuah komik yang terkenal di negeri sakura yang penduduknya doyan makan ikan tersebut.
Tibalah saatnya langkah berikutnya adalah membenahi kebijakan di sektor yang bersentuhan dengan hidup keseharian kesejahteraan nelayan. Kiranya riuh rendah yang saat ini muncul dapat dijadikan momentum untuk mengkaji dan memastikan apakah kebijakan yang diambil sudah tepat atau belum.
Ibarat pelaut yag handal dia akan menghadapi sekuat apapun badai yang menerjang yang hanya akan memperkuat keyakinannya bahwa semua ada jalannya. Barang siapa ingin menolong rakyat maka dia harus siap-siap untuk menghadapi kenyataan bahwa rakyat belum tentu memahami dengan baik pertolongan tersebut. Maka bangunlah sistem yang bisa menjadi media untuk memahamkan nelayan terkait dengan niat baik di balik kebijakan sosial yang di ambil di lautan. Jalesveva jayamahe.
Asep Jahidin adalah pengajar program IlmuKesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Mahasiswa Program Doktor Universitas Padjadjaran Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H