[caption caption="Nyonya Lim, Sang Kartini di Kantin Palmerah (Sumber: Dokumen Pribadi)"][/caption]Tangannya yang lincah mengaduk ice cappucino ikut mewarnai riuhnya suatu siang di Kantin Palmerah tempat para jurnalis dan warga Kompas Gramedia mengisi perut atau sekedar ngopi. Dialah Nyonya Lim (55) yang biasa dipanggil cici, yang sudah hampir empat tahun berjualan di kantin Palmerah Kompas. Bersama suaminya, dia mulai berjualan berbagai macam minuman pukul 5 pagi sampai 3 sore. Dari Cappucino, kopi hitam, chocolate, teh manis, mau yang panas atau dingin semua tersedia. “Saya dulunya berjualan nasi goreng, kwetiauw, sama capcay di luar komplek kompas tapi 4 tahun lalu pindah ke sini”, ungkap ibu dua anak dan nenek 3 cucu ini.
Ketika ditanya apa arti hari Kartini baginya, perempuan betawi keturunan tionghoa ini menyebut bahwa peranan perempuan itu saling mengisi dengan kaum laki-laki.”Saya bantu suami saya berjualan disini untuk menyambung hidup, dan dari hasil berjualan ini saya bisa membesarkan anak sampai mereka sudah mandiri sekarang dengan keluarganya masing-masing”, ungkapnya.
Kesederhanaan dan rasa syukur merupakan hal yang bisa kita lihat dari sosok periang yang satu ini. Semua warga Kompas Palmerah yang sering ke Kantin Palmerah pasti sangat mengenal sosok Nci yang berharap dapat menyaksikan cucunya menikah nanti. Mereka pun patut berterima kasih karena dengan kehadirannya maka suasana terik Jakarta bisa disegarkan dengan minuman yang diracik olehnya.
Kartini-Kartini tangguh seperti ini jumlahnya banyak dan bisa kita temui di lingkungan kita. Sebetulnya hari Kartini bukan hari kebaya nasional, hari Kartini adalah hari memaknai perjuangan kaum perempuan untuk menjalankan peran sesuai dengan kodratnya. Selamat memaknai perjuangan perempuan dan selamat melepas dahaga buat warga kompas Palmerah.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H