Mohon tunggu...
Asep Ikhwan
Asep Ikhwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat sosial enterpreneur yang mengelola yayasan pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin Yang tegak di puncak bukit Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepakbola adalah Seni Kehidupan

16 Desember 2022   07:54 Diperbarui: 16 Desember 2022   08:13 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden FIFA Gianni Infantino menggambarkan Piala Dunia 2022 Qatar merupakan gelaran terbaik dalam sejarah. Hal tersebut lantaran beberapa rekor baru yang dicatat sejak berlangsungnya matchday perdana pada 20 November lalu. Gianni menyebut Piala Dunia yang berlangsung di Qatar kali ini memiliki lebih dari dua miliar penonton dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, ada perwakilan tim dari setiap benua di babak 16 besar.

Selain itu, tayangan pertandingan yang disiarkan di televisi juga hadir dengan kualitas tinggi, ada banyak kejutan sejak awal babak penyisihan dengan tersingkirnya Negara-negara yang maju dan kuat sepakbolanya oleh team Negara yang tidak diperhitungkan, Jerman dan Belgia tersingkir dibabak penyisihan Group, Fenomena Negara Maroko yang berhasil menjuarai Group dan melaju dengan menyisihkan Negara dengan sepakbola terkuat yaitu Spanyol dengan skor 3-0 (adu penalty) dan Negara " Ronaldo" yaitu Portugal dengan skor 1-0 sampai akhirnya mencatat sejarah sebagai Negara Afrika pertama sepanjang sejarah piala dunia yang masuk ke semifinal piala dunia.

Kutukan juara Piala Dunia yang selalu gagal untuk menembus fase grup banyak diimani dan diamini oleh beberapa orang. Sejatinya kutukan ini dimulai ketika Prancis berhasil memenangi ajang empat tahunan Piala Dunia 1998. Pada edisi berikutnya, Prancis justru keok dan menjadi juru kunci grup. Dari tiga laga Marcel Desaily dan kolega hanya mampu imbang satu kali dan kalah dua kali.Brasil yang keluar sebagai kampiun tahun 2002 menatap edisi 2006 di Jerman dengan kepala tegak. Brasil menjadi satu-satunya negara yang terhindar dari kutukan yang diamini oleh beberapa orang.  

Ze Roberto dan kolega  berhasil menembus perempat final meskipun mereka harus takluk dari Prancis. Hari ini di Piala Dunia Qatar PERANCIS berhasil menghentikan kutukan tersebut dengan melaju sebagai juara Group untuk maju ke babak gugur dengan mengalahkan Polandia 3-1 dan Inggris 2-1 untuk selajutnya menghentikan NEGARA FENOMENAL MAROKO dengan skor 2-0. Akhirnya Perancis masuk final dan menghentikan kutukan juara piala dunia. Semuanya terjadi di Piala Dunia Qatar 2022.

Dari MAROKO dan PERANCIS kita belajar tentang SEPAKBOLA ADALAH SENI KEHIDUPAN. Ya, sepakbola tidak hanya soal soal menang dan kalah, tidak hanya soal SKOR, ada nilai-nilai kehidupan didalam sepakbola. Bermain bola adalah bermain Team dengan 11 pemain yang saling menjaga dan bertugas di posisi masing-masing saling mengisi kekosongan dan saling bahu membahu ketika menyerang atau bertahan ketika diserang.

Seorang Kylian Mbappe the Golden Boy, yang bisa berlari secepat kijang dan meliuk-liuk menghindari kepungan 5-6 pemain lawan sekalipun memiliki Kaki Ajaib yang penuh keberuntungan baik ketika menggoalkan ataupun ASSIST memberikan umpan ataupun keajaiban bola pantulan dari pemain lawan yang akhirnya dilesakan oleh Theo Hernandez menjadi goal di menit ke 5 ke gawang maroko, adalah Fenomena tersendiri.

Pun Yassine Bouno , kiper maroko yang bisa menepis tiga tendangan pemain Spanyol adalah Spektakuler Keberuntungan tersendiri bagi Maroko, yang akhirnya menghantarkan maroko maju babak perempat final bersua dengan Ronaldo-nya Portugal.

Masih ingat second penaltynya Harry Keane yang bisa saja memperpanjang peluang inggris melaju ke semifinal bahkan ke final piala dunia, akhirnya tendangannya jauh diatas mistar gawang Hugo Lloris , ya akhirnya kegagalan tendangan penalty Harry Keane membawa Perancis melaju ke semifinal piala dunia. PERANCIS Kembali beruntung.

Dari Maroko dan Perancis kita belajar bahwa Sepakbola adalah Seni Kehidupan,ada nilai-nilai kerjasama, konsistensi, kerendahatian sebagai mahluk Tuhan untuk selalu tertunduk dan bersujud , dan keberuntungan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun