Mohon tunggu...
Asep Ikhwan
Asep Ikhwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat sosial enterpreneur yang mengelola yayasan pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin Yang tegak di puncak bukit Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masih Adakah Kepemimpinan Kharismatik di Lingkungan Kita?

3 November 2022   13:15 Diperbarui: 3 November 2022   13:26 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas gaya kepemimpinan seakan tidak ada habisnya. Para Tokoh baik tokoh internasional , nasional , regional sampai level terbawah Tokoh masyarakat/tetua adat, selalu hadir menghiasi banyak kisah yang melegenda. Siapa yang tidak mengenal Bung Karno, Pemimpin bangsa sekaligus pemimpin dunia Gerakan Non Blok yang sangat kharismatik dan dihormati di seluruh dunia. Karya-karya Bung Karno sebagai Arsitek Kemerdekaan Bangsa, menghiasi banyak sisi keindonesiaan kita. Ide atau gagasan Pancasila adalah salah satu master piece beliau dalam meletakan fondasi yang kuat dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Contoh kepemimpinan kharismatik yang legendaris seperti Bung Karno seakan memberikan inspirasi bagi kita, bahwa kharisma seseorang lahir dari tempaan kehidupan yang berat dan penuh liku-liku serta rintangan. Bung karno berapa kali harus keluar masuk penjara oleh penjajah belanda. Berapa kali harus menghadapi pengkhianatan bangsanya sendiri. Ya, Jasmerah,jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Kharisma seseorang sebagai aura magis pribadi yang paripurna. Bagaiamana type kepemimpinan kharismatik di masyarakat, di lingkungan kerja, dilingkungan sekolah dan sebagainya. Apakah kepempinan kharismatik bisa terlahir oleh sebuah pendidikan, atau hanya bisa lahir karena menjadi manusia pilihan Tuhan? ternyata menurut penelitian, kepemimpinan kharismatik bisa dipelajari dan dibentuk.

John Antonakis --- profesor di bidang perilaku organisasi dari Fakultas Bisnis dan Ekonomi, Universitas Lausanne, Swiss, juga berpendapat bahwa karisma bukanlah sebuah bakat bawaan yang dimiliki sejak lahir dan hanya bisa ditemukan pada golongan orang terpilih.

Mengacu pada hasil sejumlah penelitian yang dilakukannya selama rentang periode 2011 hingga 2018, Antonakis menyatakan seperti dilansir Psychology Today bahwa karisma merupakan satu set keterampilan yang diperoleh seseorang sebagai kombinasi antara nature (bawaan lahir) dan nurture (pembinaan). Maka itu, karisma bisa dipelajari oleh siapa saja yang menghendakinya.

Lembaga-lembaga pendidikan khususnya Pondok Pesantren sudah terkenal melahirkan banyak Pimpinan Kharismatik,hal ini sangat menarik untuk kita riset, apakah kepemimpinan kharismatik para tokoh tersebut bisa diturunkan kepada anak cucunya secara genetis? Seorang anak tokoh akan otomatis mewarisi kepemimpinan kharismatik ayahnya? Seperti halnya Tokoh politik yang mewariskan partai ke anak keturunannya. Apakah kharisma orangtuanya otomatis diwariskan kepada anaknya sebagai calon pemimpin bangsa?

Sangat menarik mengkaji kepemimpinan kharismatik, karena selalu ada sisi lain yang harus kita pahami secara kebatinan. Artinya ada nilai rasa kepada sang Tokoh yang tidak bisa kita jelaskan dengan kata-kata karena, kharisma adalah anugrah , kharisma adalah legacy , kharisma muncul dari dalam diri karena alam sudah merestui leadership kita.

Pertanyaan masih adakah pemimpin kharismatik dilingkungan kita? jawabannya masih ada. Mereka dalah pemimpin-pemimpin yang berkarya dan konsisten dengan karya dan pengabdiannya yang tulus kepada masyarakat. Apapun bidangnya mereka akan menjadi influencer, trendsetter yang menjadi teladan dan panutan bagi siapapun yang merasakan manfaat kehadiranya. Seorang bisa menjadi tokoh karena " Ditokohkan" oleh masyarakatnya bukan "Menokohkan dirinya sendiri" .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun