Pasca pandemi COVID-19 telah mengubah mindset dan gaya hidup masyarakat. Ekonomi global melambat karena berbagai negara memiliki fokus memperbaiki kondisi di setiap negara. Data BPS (2020) mencatat ekonomi Indonesia triwulan I-2020 hanya tumbuh sebesar 2,97%, melambat dibanding capaian triwulan I-2019 yang sebesar 5,07%. Pandemi covid 19 mewariskan beberapa permasalahan dari turunnya pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja , Angka pengangguran yang cukup tinggi khususnya dari lulusan sekolah menengah. Sementara itu, dari sisi ketenagakerjaan, data dari rilis BPS (2020) menyebut pada Februari 2020, sebanyak 131,03 juta orang merupakan penduduk bekerja dan sebanyak 6,88 juta penduduk menganggur.
Belum selesai dampak pandemi covid 19 , muncul kembali bayangan resesi ekonomi global. Tentu saja hal ini semakin memperberat sektor ketenagakerjaan, karena dampak resesi yang diakibatkan oleh perang rusia dan ukraina ini adalah kemungkinan badai PHK besar-besaran di sektor industri dan jasa.
Bagaimana dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan vokasi yang menjadi pencetak calon tenaga kerja siap kerja sesuai bidang keahlian dan kompetensi masing-masing lulusan dengan semakin beratnya tantangan di masa depan khususnya tahun 2023 yang diprediksi oleh Direktur IMF Kristalina Georgieva bahwa tahun 2023 diprediksi menjadi awan gelap bagi perekonomian dunia.
Dunia pendidikan khususnya pendidikan vokasi yaitu SMK harus mempersiapkan beberapa langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari goncangan resesi ekonomi global. Bagaimana mempersiapkan lulusan ketika lapangan kerja semakin sempit dan banyak phk terjadi? tentu saja ini merupakan pekerjaan rumah yang harus disiasati semua stakeholder pendidikan vokasi, yaitu pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan, Dinas pendidikan propinsi serta dunia usaha/industri yang menjadi pasangan /mitra dari SMK.Â
Kita harus optimis bahwa sempitnya lapangan usaha bukan akhir dari segalanya. Saatnya SMK melahirkan enterpreneur - enterpreneur rintisan atau start up digital dengan technopreneurship sebagai jawabannya.Siswa smk dilatih agar memiliki kemampuan mengelola usaha berbasis platform media online. Siswa smk dilatih juga untuk mengembangkan usaha-usaha berbasis kearifan lokal, seperti mengelola desa wisata, bumdes ataupun bergerak di bidang ketahanan pangan dengan membuka usaha hidroponik atau aquafonik.
Membaca masa depan pendidikan vokasi di era resesi global cukup menarik karena terkait ke berbagai persoalan ekonomi baik makro maupun mikro. SMK harus disiapkan memiliki ketahanan sekolah dalam mempersiapkan lulusannya sebagai calon wirausahawan baru yang siap mandiri dan tidak tergantung kepada dunia kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H