Refleksi dari itu semua, apakah kita merelakan haus dan lapar kita menjadi sia-sia tanpa pahala, karena terkikis oleh hasud (iri dan dengki)? Semoga tidak. Tentunya kita berharap bahwa puasa yang kita laksanakan dapat merubah wajah politik kita menjadi politik etis dan berwibawa. Disamping itu, kita berharap bahwa puasa kita diterima oleh Allah SWT dan berbalas pahala yang akan dipetik di akhirat nanti.Â
Teknik mengurai penyakit iri dan hasud dengan bermushofahah (berjabat tangan) disertai saling memaafkan. Â Rasulullah SAW bersabda: Apabila dua orang Islam bertemu dan salah satu dari mereka menguapkan salam atas temannya maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling baik raut mukanya dan apabila saling berjabatan tangan maka Allah akan menurunkan kepada keduanya sesuatu rahmat bagi orang yang memulia mendapatkan 90 rahmat dan orang yang diajak berjabatan tangan mendapatkan 10 rahmat (H.R. Hakim, Tirmizi, dan Syaikh Ibnu Hibban)
Penutup
Puasa yang hakiki diharapkan menjadi thariqoh (cara) mencapai ketakwaan. Diharapkan pula dengan berpuasa, kualitas kehidupan pribadi, hubungannya dengan Allah dan dengan Sosial menjadi lebih baik. Demikian juga perpolitikan di Indonesia Pasca Bulan Ramadhan ini semakin membaik dan mengedepankan politik etis sehingga politik di Indonesia menjadi politik yang bermartabat, tidak memalukan. Amin; Wallahu 'alamu Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H