Mohon tunggu...
asep halimurosid
asep halimurosid Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Agama Islam SDN Hegarmanah Kec. Cugenang Kab. Cianjur

Asep Halimurosid, S. Ag., M. Pd akrab dipanggil “aa” atau “Asep halie” ini Lahir 16 Juli 1979, di Kampung Warung Seuseupan Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Anak Pertama dari dua bersaudara yang merupakan buah kasih sayang dari pasangan suami istri H. M. Ocid Rosidi dengan Hj. Yeyen Holisoh. Adinda bernama M. Dede Harun Arrosyid. Menikah dengan Vhiena Octaviani dan ananda Reyhan Azriel Zabran. Penulis menempuh pendidikan formal Tk Al I’anah Cianjur melanjutkan di SDN Sukamanah 1 Cianjur lulus tahun 1991, SMP Negeri 1 Cianjur lulus Tahun 1994, SMA Negeri 1 Cianjur lulus 1997. Pendidikan Tinggi di STAI Al Musaddadiyah Garut Fakultas Tarbiyah (PAI) Lulus tahun 2001 selama menempuh S1, S2 di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung dan mengambil program (S2) Bidang Study Pendidikan Agama Islam lulus tahun 2021.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1

11 Agustus 2024   20:18 Diperbarui: 11 Agustus 2024   20:24 10178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Perasaan (Feeling)

Selama proses pembelajaran ini, saya merasa sangat bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk mempelajari pengetahuan baru yang esensial bagi seorang pemimpin dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru penggerak, tanggung jawab saya meliputi memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, melatih rekan guru, mendorong kolaborasi antarpendidik, dan meningkatkan kepemimpinan siswa. Untuk menjalankan peran ini dengan efektif, saya perlu memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan.

Dari proses pembelajaran ini, saya semakin memahami bahwa seorang guru penggerak harus mengedepankan nilai-nilai kemandirian, refleksi diri, kolaborasi, inovasi, serta mendukung perkembangan siswa. Dalam setiap keputusan yang diambil, penting untuk mempertimbangkan tiga elemen utama: mendukung siswa, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal. Sepanjang modul ini, saya menemukan banyak kaitan yang memperkaya pemahaman saya dan membantu saya membangun perspektif baru terhadap konsep-konsep yang dipelajari.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

3. Pembelajaran (Findings)

Dalam Modul 3.1, saya memahami bahwa sebagai seorang pemimpin, kemampuan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan adalah keterampilan yang sangat krusial. Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali kita dihadapkan pada berbagai kepentingan yang saling berbenturan, yang mungkin membuat beberapa pihak merasa dirugikan atau tidak puas. Meskipun sulit untuk memilih di antara beberapa opsi yang benar, seorang pemimpin harus selalu mempertimbangkan tiga unsur utama: mendukung siswa, berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Ketika dihadapkan pada dilema etika, kita seringkali harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan yang mungkin saling bertentangan, seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap kehidupan. Dalam konteks dilema etika, terdapat beberapa kategori yang sering muncul, seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip utama yang dapat digunakan untuk menghadapi dilema etika ini, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan aturan, dan berpikir dengan rasa peduli.

Untuk menghadapi situasi yang penuh dengan dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat sembilan langkah yang bisa digunakan sebagai panduan dalam mengambil keputusan dan menguji keputusannya. Langkah pertama adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut. Kedua, mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan. Keempat, menguji benar atau salah dengan mempertimbangkan legalitas, standar profesional, intuisi, publikasi, dan sosok panutan. Kelima, menguji paradigma benar lawan benar. Keenam, menerapkan prinsip resolusi. Ketujuh, mengeksplorasi opsi trilemma. Kedelapan, membuat keputusan. Dan yang terakhir, kesembilan, meninjau kembali keputusan dan melakukan refleksi. Perlu diingat bahwa sembilan langkah ini merupakan panduan yang fleksibel dan harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.

4. Penerapan (Future)

Selama dua minggu belajar di modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin, saya telah memperdalam pemahaman saya tentang proses pengambilan keputusan yang efektif. Saya berkomitmen untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari, seperti empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah dalam meningkatkan kemampuan saya dalam membuat keputusan yang bijak dan tepat.

 Lebih dari itu, saya berencana untuk berbagi wawasan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dengan rekan-rekan guru melalui berbagai media, baik secara langsung maupun digital, sehingga dapat diakses dengan mudah dan bermanfaat bagi mereka. Saya berharap refleksi ini tidak hanya memberikan pencerahan bagi pembaca, tetapi juga menjadi pengingat bagi diri saya untuk terus menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam setiap keputusan yang saya ambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun