Mohon tunggu...
Asep Imaduddin AR
Asep Imaduddin AR Mohon Tunggu... Guru - Berminat pada sejarah

Alumnus PP Darussalam Ciamis dan Sejarah UPI. Bergiat di Kolektif Riset Sejarah Indonesia. asepdudinov@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

10 Muharram Ribuan Tahun Lalu

16 Desember 2010   03:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:41 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tak berpuasa hari ini, karena saya berpendapat bahwa sungguh tak elok rasanya jika di hari peringatan pembantaian Imam Husain, salah satu cucu terkasih Rasulullah Muhammad SAW saya malah berpuasa.

Siapa yang hari ini berpuasa mangga silakan, saya tak melarangnya karena ini pendapat pribadi dan saya sendiri bukanlah siapa siapa. Bukan kyai apalagi mufti yang berhak memberikan fatwa.

Puasa bagi saya mestinya adalah perayaan kebahagiaan bukannya perayaan pembantaian yang terjadi ribuan tahun silam ketika wacana hak asasi manusia belum terdiktum dalam perjanjian perjanjian internasional. Cobalah perhatikan rata rata perintah puasa sunat, biasanya berkaitan dengan keriaan, kegembiraan, dan perayaan yang sifatnya menyenangkan hati.

Puasa Senin-Kamis. Di hari Senin dan Kamis-lah catatan amal seseorang diserahkan dari Malaikat kepada Allah Swt. Nah, agar ketika catatan itu diberikan hendaknya kita dalam keadaan berpuasa.

Lantas Puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari itulah puncak dari ritual haji yakni wuquf di Arafah. Tanpa wuquf maka tak ada haji baginya. Ketika jamaah haji wuquf, maka mereka yang tak di Arafah disunnahkan berpuasa di hari tanggal 9 Dzulhijjah.

Lalu berpuasa pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 di setiap bulan Hijriah yang disebut ayyamul bidh atau puasa pada hari hari putih ketika purnama memancarkan terangnya dengan sempurna.

Dan masih banyak contoh lain. Semuanya berkaitan erat dengan kegembiraan dan bukannya kemurungan. Dan jelas bagi saya, pembantaian Husain adalah sebuah kemurungan, kedukaan, dan kesedihan yang mendalam. Ini cucu Rasulullah loh, kok malah dibantai. Cucu Rasul yang mempunyai darah keturunan secara langsung dari Fatimah dan Ali Karramallaahu Wajhahu.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Hasan dan Husain adalah penghulu para pemuda penghuni surga. Kali lain Rasul bersabda pula bahwa barangsiapa yang menyakiti mereka (Hasan dan Husain) adalah sama saja dengan menyakitiku (Rasulullah).

Lalu apa jadinya dengan Yazid bin Muawiyah yang membantai Husain dan pengikutnya sebanyak 26 orang di Padang Karbala tepat tanggal 10 Muharam? Ia bukan hanya menyakiti bahkan membunuh dan membantainya.

Saat ini saya sedang membuka buku bertajuk Tarikh Al Khulafa yang ditulis oleh Imam As Suyuthi.

Ia menulis bahwa ketika Husain dibunuh, kepalanya diletakkan dalam baskom. Dua puluh enam orang lainnya terbunuh dalam pembantaian Karbala. Ketika Husain terbunuh, dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Matahari seolah mendekat ke bumi. Bintang bintang seperti bertabrakan. Pada hari terbunuhnya Husain tersebut, terjadi gerhana matahari, ufuk langit merah menyala selama enam bulan terus menerus, padahal tak pernah terjadi sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun