Mohon tunggu...
Asep Imaduddin AR
Asep Imaduddin AR Mohon Tunggu... Guru - Berminat pada sejarah

Alumnus PP Darussalam Ciamis dan Sejarah UPI. Bergiat di Kolektif Riset Sejarah Indonesia. asepdudinov@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ce-Em

29 Oktober 2010   08:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_307452" align="alignleft" width="300" caption="sumber: thefootballforum.net"][/caption] CM. Bukan centimeter-turun enam digit dari kilometer-yang saya maksud dalam tulisan itu, dan bukan pula Citra Minang sebagaimana saya pernah saksikan sebagai salah satu nama Rumah Makan Padang di salah satu kota yang pernah saya kunjungi dan terlewati. CM yang saya maksud dalam konteks ini adalah Championship Manager. Nama sebuah game dalam permainan di komputer yang menitikberatkan pengaturan pemain dalam cabang olah raga sepak bola. Meliputi transfer, latihan, pemilihan squad, strategi individual, strategi tim, formasi dan lain sebagainya. Walau tak terlalu mahir bermain CM, saya amat menyukai permainan ini. Sungguh amat menarik buat mengusir rasa bosan dan menemani rasa kesendirian di kala sepi yang terkadang datang menerjang sekaligus tiba tiba. Akhir akhir ini saya agak sering memainkan CM versi terbaru yang sekaligus membangunkan memori di masa silam. Rentangan memori yang terekam setengah dasawarsa silam di sebuah pojokan jalan di GKG tepatnya Nomor 2A yang kini telah berganti menjadi bangunan megah sebuah fakultas di Kota Paris-nya Jawa. Ya, CM telah mengingatkan bahwa hamba pernah tinggal di sana dengan suasana serius dan tidak serius. Serius karena agak bergiat di salah satu organisasi pergerakan Islam modernis, dan tidak serius karena agaknya pula aktivitas mandi makan tidur dan aktivitas tidak penting lainnya dilakukan di sana. Layaknya "penumpang" gelap yang hanya ingin enaknya saya tanpa harus membayar kost-an dan memikirkan bagaimana makan. Karena, sepanjang yang saya alami tinggal di sana, modal untuk bisa makan hanyalah rajin membantu orang lain yang ingin makan dengan membelikan makanan sesuai yang dia pesan tentunya dengan uang yang diberikan pada kita. Otomatis, kita pun pasti diajak makan. Dan CM adalah salah satu pengusir rasa bosan kami yang hampir seharian tinggal di sana yang berselingan dengan kuliah ke daerah atas. Walaupun tentu saja ada sebagian "oknum" yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk CM dan hampir hampir melupakan kuliah, makan, dan tidur. Kabarnya ada seorang kawan kami yang tidak tidur sepanjang tiga hari tiga malam hanya untuk bermain CM, keluar kamar hanya buat makan dan ke kamar tidur....alamak. Jelas, ini bukan saya. Saya hanyalah penikmat CM bukan pecandu CM. Hampir saja lupa tak tergurat dalam tulisan ini bahwa kami bermain CM dengan memakai komputer milik seorang kawan dari Indramayu yang kini bermukim di Sukabumi untuk sebuah kepentingan pekerjaan yang amat penting. Ya, amat penting karena ia mesti menghidupi anak orang lain yang kini menjadi istrinya dan calon jabang bayi yang kabarnya beberapa bulan ke depan akan segera melihat pancaran matahari. Semoga semuanya selamat. Mungkin ia lupa pernah berbaik hati merelakan komputernya untuk dipakai secara serampangan oleh tangan tangan yang bertanggung jawab atau pun tak bertanggung jawab. Melalui tulisan ini saya hanya mengingatkan, tidak lebih. Dan saya amat berhutang budi dengan komputernya. Karena jasa komputernyalah saya bisa mengenal CM, dan berlanjut hingga kini. Hingga detik dimana saya sedang menulis tulisan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun