Otong adalah seorang santri yang sudah lama menduda karena ditinggal mati istrinya, sedangkan Encuk, anak Lurah Hasan, adalah seorang wanita janda yang mempunyai anak satu bernama Enjah. Suatu hari. H.Enong Ciandur (Tetehnya Abah Otong) yang berdagang kain di pasar bertemu dengan Te Jawarna, Pada hari itu H.Enong meminta kepada Te Jawarna agar menjadi besan.
H.Enong dan te Jawarna pun siap mempertemukan adik-adik mereka. Setelah Otong dipertemukan dengan Encuk ternyata memang itulah wanita pilihan hatinya, Sifat Encuk yang begitu nurut kepada suami, tidak pernah meminta apapun. Bahkan untuk memberi anak nya saja, Umi Encuk selalu meminta ijin terlebih dahulu kepada suaminya.
Sehingga sifat inilah yang selalu bicarakan Abah H.Otong. Bahkan dalam beberapa riwayat, Abah Otong sering mengatakan bahwa istrinya adalah seorang waliullah, karena bila hati istrinya sedikit saja tidak suka terhadap seseorang, seketika itu pula langsung terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketika di awal-awal mereka menikah, Enjah, anak Umi Encuk di suruh oleh Lurah Hasan untuk ditinggal saja di Bulakan, sebab menurut Lurah Hasan, biarlah Enjah, cucunya tersebut menjadi bagian keluarga Bulakan dirawat oleh mereka sampai besar. Pada akhirnya, setelah dewasa, Enjah disuruh pergi ke Ciandur menimba ilmu ke Abah Otong sekaligus tinggal bersama ibu kandungnya, Enjah kemudian dinikahkan oleh Abah Otong dengan H.Jupri, santrinya yang sudah senior. Wallahu A'lam.
Sumber Tulisan: Wawancara dengan Kiai Mamad Kampung CimerakÂ
Sumber tulisan : bahtiar.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H