Syekh Ageng Karan juga mengalami era paceklik penjajahan belanda , saat itu banyak orang-orang berdatangan ke puncak gunung Karang, tujuan mereka tak lain bersembunyi dari kejaran Belanda, mereka tidak pergi ke kota melainkan ke puncak Gunung karang tepatnya mesjid tua, maka para penjajah pun memburu dan membakar kampung tersebut, anehnya hanya mesjid dan rumah ki Ageng karan saja yang tidak mempan dilahap api, sampai hari ini kedua bangunan tersebut masih dilestarikan dengan baik oleh warga setempat.
air keramat di belakang mesjid tua (dokpri)
Rumah peninggalan ki ageng karan, tidak mempan dibakar belanda (dokpri)
Makam Ki ageng Karan , Dokpri
Dalam catatan sejarah, Ki ageng Karan mempunyai murid dari seluruh pelosok Banten dan Lampung, tidak banyak penjelasan mengenai riwayat ki Ageng karan ini, akan tetapi salah satu putrinya yang bernama Nyi Khasilah dinikahkan dengan ulama besar dari Sumedang bernama Syekh Rako,
Nah dari keturunan Syekh Rako inilah kemudian banyak melahirkan para kiai dan ulama yang mendirikan pesantren disekitar gunung karang. Makam ki Ageng Karan (Cipamekel) dan syekh Rako berada di desa Simpeureum, sejauh dua kilo meter dari Mesjid tua, bersama masyarakat dan para ulama, mereka memantau situasi Belanda atau sesekali memberi perlawanan dengan membantu pasukan  sultan Hasanudin.Â
area pemakaman syekh rako, menantu ki karan, dokpri
Saya pribadi pernah berkunjung ke beberapa Mesjid di Banten, tapi mesjid tua Pasirangin yang berada diatas puncak gunung karang itu, selalu memberi ketenangan batin yang lebih dalam, kejernihan airnya dan nuansa alamnya yang sejuk selalu menjadi dayatarik tersendiri. Bagi anda yang suka travel wisata religi atau sekedar tamasya menikmati keelokan kota Pandeglang, Mesjid Tua Pasirangin, Makam Ki Ageng Karan atau Mata Air Keramat  merupakan wisata religi yang patut dikunjungi, apalagi di paling puncak Gunung Karang terdapat Sumur Tujuh yang sudah amat melegenda ke seluruh Indonesia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya