Sebagai warga negara yang menjungjung tinggi moral ketimuran, saya turut berduka cita atas kejadian-kejadian memilukan dari nasib para pemuda dan remaja Indonesia. Dua puluh tahun lagi mereka mungkin akan menjadi Gubernur, DPR, mereka akan lulus di universitas Amerika, Inggris, Singapure, mereka akan berumahtangga, menjadi tokoh dimasyarakatnya masing-masing.
Apa jadinya nasib bangsa ke depan bila mereka benar-benar memegang tampuk pemerintahan? Menjadi anggota DPR MPR, menjadi Lurah, camat, bahkan mungkin presiden..
Bayangkan, negara ini dipegang oleh mereka yang untuk menjaga kehormatan dirinya saja tidak mampu, apalagi menajaga harga diri bangsa dan negara ini?
*****
Sudah banyak akibat dan resiko dari seksual dini diluar nikah, bukan terhadap laki-laki sebenarnya tapi lebih kepada perempuan, dimana mereka ketika hamil di luar nikah, masa depan mereka akan hancur, putus sekolah, dilabeli ‘aib’ oleh lingkungannya, sulit jodoh karna ada label ‘sudah gak perawan’ ‘bekas orang’, imbasnya bisa jadi mereka putus asa bahkan ‘gantung diri’.
Mengacu pada keputusan Presiden Mamnoon Hussain dengan tegas melarang hari valentine dengan alasan perayaan tersebut tidak ada hubungannya dengan kebudayaan Pakistan atau Muslim, terkait adanya budaya antah barantah valentine day ini, seharusnya Presiden Republik Indonesia bisa mengikuti jejak Mamnoon Husain, minimal menjadikan tanggal 14 februari sebagai hari AIDS Nasional.
Penyebabnya, Valentine yang diartikan dengan hari kasih sayang sudah bergeser menjadi hari pestapora seksualitas, ini bukan lagi persoalan moral tapi menyangkut AIDS, penyakit mengerikan yang sungguh belum ada obatnya. Apalagi negara kita 90% mayoritas Muslim, Negara dengan penduduk Islam terbesar se dunia. (*)
Jokowi Memberi Mental Juara pada Gubernur Ganteng, Kemenangan Juventus vs Napoli 1-0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H