Mohon tunggu...
Asep Ajidin
Asep Ajidin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIH Putri Maharaja Payakumbuh

Past memories and the future dreams

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ken Arok: Ambisi dan Dinamika Kekuasaan dalam Konteks Sejarah dan Kekinian

6 Februari 2024   10:03 Diperbarui: 6 Februari 2024   10:35 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Ken Arok adalah salah satu kisah yang menggugah dalam sejarah Indonesia. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal karena perannya dalam membangun kerajaan Singhasari, sebuah kerajaan yang menjadi cikal bakal bagi kejayaan Majapahit. Sejarah Ken Arok meraih kekuasaan merupakan cerminan dari ambisi, keberanian, dan intrik politik yang dihadapi pada zamannya.

Ken Arok lahir pada awal abad ke-13, di pulau Jawa. Kisah hidupnya dipenuhi dengan liku-liku dan tantangan. Ia tumbuh dalam keadaan yang sulit, dan sejak kecil telah belajar bertahan dalam kehidupan yang keras. Namun, keberuntungan Ken Arok berubah ketika ia bertemu dengan Tunggul Ametung, seorang panglima perang yang memperkenalkannya kepada kekerajaan Tumapel.

Di Tumapel, Ken Arok bekerja keras dan akhirnya menjadi bagian dari pasukan Kerajaan Tumapel di bawah pimpinan Tunggul Ametung. Di sinilah ia mulai menemukan panggilannya dalam dunia militer. Namun, ambisinya tidak berhenti di situ. Ken Arok berkeinginan untuk lebih dari sekadar seorang prajurit. Ia bercita-cita untuk memiliki kekuasaan yang lebih besar.

Kisah Ken Arok mencapai puncaknya ketika ia jatuh cinta pada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Cinta Ken Arok pada Ken Dedes menjadi pemicu peristiwa yang mengubah jalan sejarah. Dengan kepandaian dan keberaniannya, Ken Arok berhasil meracuni Tunggul Ametung, sehingga terbunuhlah panglima perang tersebut. Dalam versi lainnya, menurut legenda, Ken Arok merencanakan pembunuhan Tunggul Ametung dengan menggunakan keris yang dipercayai memiliki kekuatan magis, yang diberi nama Mpu Gandring. Keris tersebut telah digunakan dalam serangkaian pembunuhan sebelumnya. Terbunuhnya Tunggul Ametung, hal ini menempatkan Ken Arok dalam posisi yang strategis untuk mengambil alih kekuasaan di Tumapel.

Ken Arok kemudian menjadi raja di Tumapel, dan inilah awal dari kejayaan yang akan datang. Dia mengubah namanya menjadi Sri Ranggah Rajasa, menandakan kedaulatan barunya. Selama masa pemerintahannya, Sri Ranggah Rajasa membangun dasar-dasar kekuasaan yang kuat dan memperluas pengaruhnya. Namun, kekuasaannya tidak terlepas dari intrik dan konflik politik yang mengiringi langkah-langkahnya.

Ketika kita memandang hubungan antara kisah Ken Arok dan pemimpin kekinian, terdapat banyak pembelajaran yang dapat diambil. Pertama, kisah Ken Arok mengingatkan kita bahwa perjalanan menuju kekuasaan tidak selalu lurus dan penuh dengan rintangan. Kedua, ambisi dan keberanian adalah kunci untuk meraih tujuan yang diinginkan, meskipun cara yang ditempuh haruslah dipertimbangkan dengan bijak.

Pemimpin kekinian dapat belajar dari kisah Ken Arok bahwa membangun kekuasaan tidak semata-mata tentang ambisi pribadi, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat untuk keberlangsungan kekuasaan itu sendiri. Pemimpin harus memperhatikan nilai-nilai moral, keadilan, dan kesejahteraan rakyatnya dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu, mereka juga harus mampu mengelola konflik dan intrik politik dengan bijaksana.

Dalam konteks hubungan dengan pemimpin kekinian, kisah Ken Arok juga menjadi peringatan bahwa kekuasaan tanpa moralitas dan keadilan dapat membawa keruntuhan. Pemimpin harus selalu mengingat bahwa kekuasaan adalah amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan integritas.

Secara keseluruhan, kisah Ken Arok meraih kekuasaan memberikan banyak pelajaran berharga bagi pemimpin kekinian. Dari ambisinya yang besar hingga perjuangannya dalam membangun kekuasaan, kisah ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang dinamika politik dan moralitas kepemimpinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun