Mohon tunggu...
asep m. muhaemin
asep m. muhaemin Mohon Tunggu... Wiraswasta - AsepMM

positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tersenyumlah

21 Februari 2013   06:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:57 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu sekali, tidak ada yang namanya handphone, tv, internet, pesawat, atau hal-hal unik lain yang mudah kita lihat di keseharian saat ini. Evolusi machine telah merubah pernik-pernik peralatan itu makin maju dan makin memudahkan hidup manusia. Setiap hari ribuan orang bekerja mencari sesuatu yang baru, dan hasilnya diaplikasikan dalam 1 bentuk peralatan, diintegrasikan dengan hasil penemuan-penemuan lain sebelumnya.

Kalau Angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 tidak ditemukan di Arab sana, apakah dengan mudah ilmuan mengirimkan curiosity ke Mars yang memerlukan perhitungan njlimet? Seandainya listrik tidak ditemukan listrik TA Edison, apakah akan mudah sekarang kita bekerja di kantor atau menghasilkan produk di pabrik? Apabila penemuan-penemuan awal itu tidak dipelajari lagi di sekolah oleh generasi-generasi selanjutnya, apakah yang kita lihat sekarang di depan mata (apa pun itu) bisa terwujud?

Jika dulu Bung Karno dan Bung Hatta tidak memproklamasikan kemerdekaan, apa kira-kira yang kita alami sekarang? Jika Pak Harto tidak berhasil menumpas PKI, menjadi Bapak Pembangunan dan membangun dasar-dasar system perekonomian, apakah Indonesia masih dilirik oleh Investor sekarang ini? Ada banyak kelebihan yang dibuat oleh seseorang, ada juga kekurangan yang diperbuatnya. Tak ada yang sempurna dari yang bisa dilihat oleh mata manusia, kecuali kalau kita mampu melihat dengan rencana besar Tuhan.

Masing-masing menjalankan peranannya masing-masing di dunia, termasuk kita. Bisa jadi tanpa kita (sendiri) dunia tidak ada, karena tanpa kita (misal seorang tukang sampah), mungkin sehari-hari di Jakarta berton-ton sampah berserakan, setahun sudah mengubur Jakarta, 10 tahun sudah mengubur planet bumi. Kita lahir di dunia karena Tuhan merencanakan itu untuk suatu tujuan. Semua proses yang begini rumit di alam dunia tak mungkin hanya kebetulan. Kita tidak tahu ke depan apa yang Tuhan rencanakan untuk kita, kita hanya perlu berjalan, lakukan apa yang ada dalam asa dan tujuan, rasakan, dan nikmati setiap prosesnya. Mengolah perasaan supaya bahagian dan tersenyum melihat setiap apa yang kita lewati, sebagai keyakinan bahwa itu adalah keharusan dalam proses kesempurnaan alam.

Lantas apakah kita harus sombong dengan keberhasilan kita? Atau menjadi menderita karena keberuntungan malas menyambangi? Kalau sudah bisa menjawabnya, mari kita sama-sama Tersenyum Bahagia J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun