Kita semua pasti pernah merasa ragu tentang masa depan, terutama dalam hal finansial. Puisi ini adalah refleksi saya tentang bagaimana perjuangan dan harapan menjadi bahan bakar untuk terus melangkah.
Kapal kecilku,
layar terkembang...
angin berlari membawa
beban tagihan yang tak pernah usai.
Badai tak lagi cuma air
ia adalah suara lembut:
saldo menipis, tagihan, listrik menunggu.
Di dek,
ada tangis yang tak bersuara,
takut tenggelam,
takut karam,
tapi dayungku tetap...terus bergerak.
Laut ini tak kenal peta.
Tiang hampir patah,
ombak seperti kebijakan pajak,
mencekik pelan. megap-megap.
Apakah laut ini tiada ujung?
Angin mengintai
di antara rencana dan kredit.
2025 menunggu,
pelabuhan itu seperti fatamorgana
tapi aku tahu,
ada yang tak pernah tidur,
ada yang mendengar layar koyak
dan tangan yang menengadahkan tangan
Dia
menggerakkan semesta
mengajarkan bahwa badai adalah
ujian kecil
sebelum kapal menemukan dermaga-Nya.
Sanana, 31 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H