Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Penelitian

7 Oktober 2021   04:46 Diperbarui: 7 Oktober 2021   04:49 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru (shutterstock)

PENDIDIKAN menjadi gambaran kualitas bangsa sebagai manusia yang berdaulat, bermartabat, terhormat dan mampu berkompetisi serta bersaing secara global. Kunci utamanya adalah para guru yang memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak dan jati diri bangsa, guru sebagai salah satu agen perubahan merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan khususnya di sekolah.

Peran guru saat ini tidak lagi tampil sebagai pengajar saja sebagaimana fungsinya selama ini, melainkan juga sebagai pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pembelajar.

Di Indonesia guru ideal adalah guru yang memiliki ciri guru profesional seperti diatur dalam Undang-undang Guru dan Dosen, yaitu memiliki: kualifikasi akademik (minimal S1), kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi), sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sebagai seorang profesional, guru juga setidaknya memiliki tiga tugas penting yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan Melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Pengalaman Baru

Selanjutnya sebagai guru profesional pun harus menjadi periset atau peneliti yaitu melakukan studi sendiri untuk meningkatkan praktik mengajar. Gagasan guru sebagai peneliti disponsori oleh Stenhouse dalam C. Jacob (2014) dan perdebatan kurikulum dari waktu antara model sasaran dan proses.

Di Finlandia ada gerakan yang dinamakan guru peneliti. Sekolah wajib bekerja sama dengan universitas untuk menyediakan layanan peningkatan kualitas profesional dan pedagogi guru yang berbasis penelitian.

Para calon guru dan para guru senior bahu-membahu melakukan riset dengan cara mengembangkan dan memodelkan praktik-praktik pedagogi baru dari berbagai best practices yang telah ada. Hasil penelitian tersebut nantinya akan dikembangkan dan disempurnakan di ruang kelas untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran (Kaire:2018).

Selama ini, harus diakui jika guru di dalam pembelajaran memiliki berbagai kendala atau kesulitan dan menjadi permasalahan berulang. Terlebih pandemi Covid-19 memaksa sekolah dan guru dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) on line dengan segala kendala-kendalanya. 

Belum lagi para guru tidak sempat mencatat, mengagendakan, serta mengambil tindakan penyelesaian masalah secara terstruktur dan teradministrasi.

Artinya harus ada keterlibatan guru dalam menginisiasi dan melaksanakan riset atau penelitian di sekolah, riset kelas yang terkait dengan program pengembangan profesi dan strategi mengajar secara profesional, perbaikan kurikulum, dan perubahan sistem sekolah.

Dalam usaha-usaha tersebut, konsep riset guru mengandung pengertian yang terkait dengan peran guru sebagai pembuat keputusan, konsultan, pengembangan kurikulum, analisis, aktivis, pemimpin sekolah, dan mengembangkan pemahaman dalam konteks perubahan pendidkan (Cochran; Lytle: 1999).

Meneliti memang bukan kewajiban mutlak guru, namun dengan melakukan riset maka akan memperluas peran guru, mengembangkan sekolah, dan meningkatkan proses mengajar dan proses belajar siswa. Prosesnya akan selalu berkembang, guru menemukan permasalahan, mengumpulkan data, menginterpretasi, memecahkan dan berbagi kesimpulan dengan guru lain.

Pandemi Covid-19 dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memiliki banyak kendala telah memicu kondisi psikologis kejenuhan, kehilangan semangat belajar atau sekolah, cognitive learning loss dan ketimpangan hasil belajar siswa yang menjadikan riset guru harus dilakukan. 

Dalam kondisi normal saja harus disadari para guru jika apa yang telah di lakukan (mengajar) bisa saja menghasilkan pembelajaran yang tidak sesuai dengan harapan.

Selanjutnya menyoal Asesmen Nasional yang dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. 

Pengalaman belajar bermakna pun harus diperoleh dari sejauh mana proses belajar yang difasilitasi guru menghargai keunikan individu dan memberi ruang bagi berkembangnya berbagai macam kecerdasan dalam diri peserta didik

Maka dengan menyadari hal ini, para guru harus terus berusaha untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik. Jadi, riset guru memberi kesempatan untuk menguji efektivitias dengan intervensi dalam meningkatkan hasil belajar untuk sebagian atau seluruh peserta didik.

Sejatinya, guru yang memiliki semangat meneliti secara tetap mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan meneliti secara kreatif dan konstruktif untuk menjawabnya. Guru sebagai peneliti akan selalu mencoba untuk mengembangkan ke tingkat pemahaman yang lebih luas dan untuk membuat perubahan-perubahan, di dalam kelas maupun dalam diri guru itu sendiri.

Ada banyak masalah pendidikan yang bisa dipecahkan melalui penelitian. Dalam konteks ini, seorang guru bisa melakukan penelitian tidak hanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 

Mereka bisa meneliti berkaitan model, pendekatan, metode, strategi, media, teknik pembelajaran di kelas melalui penelitian kualitatif, kuantitatif, eksperimen dan Research and Development (R and D).

Alhasil, mengajar dan belajar melalui tindakan penelitian menjadi pengalaman terbaru untuk meningkatkan kualitas mengajar sebagai guru yang profesional. Menjadi tuntutan nyata jika para guru harus memanfaatkan pengetahuan/pendidikan, jejaring, pengalaman, juga kemampuan membuat keputusan yang teguh secara mandiri tentang hal-hal yang terbaik untuk memperbaiki tujuan belajar.

Mungkinkah akan menambah beban administrasi dan mengajar, semua guru pasti beralasan demikian. Ada ribuan alasan untuk tidak meneliti, namun juga ada jutaan alasan untuk mendorong meneliti. Sudah saatnya menjadi guru peneliti. Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun