Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Tangguh, Guru Tumbuh

28 Agustus 2021   07:28 Diperbarui: 28 Agustus 2021   07:36 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PANDEMI covid-19 telah merubah dan memaksa warna dan sistem pendidikan untuk menggunakan teknologi secara masif, disrupsi dan digitalisasi pendidikan akan menjadi sesuatu hal nyata juga menjadi next normal.

Guru adalah profesi yang mulia. Mendidik di setiap tingkatan, dari taman kanak-kanak hingga universitas, memberikan banyak kesempatan belajar. Saat ini kemampuan guru dan lembaga pendidikan harus memahami tantangan yang hadapi, harus memahami dan memaknasi 'kesulitan', 'keterbatasan', 'perubahan', 'kebutuhan pendidikan abad ke-21', 'pandemi Covid-19' dan hal lainnya.

Sejatinya, peran seorang guru sangat multitasking dalam kehidupan bermasyarakat. Selain sebagai pendidikan yang aktif dalam proses pembelajaran, guru juga menjadi figur juang digugu dan ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai role model bagi siswa, guru adalah panutan yang siap berperan sebagai teman saat proses identifikasi dan imitasi dalam tahap perkembangan intelektual dan karakter siswa. Sejatinya, guru adalah motivator utama selain keluarga.

Mengutip Charles Bradford 'Brad' Henry (2002), "A good teacher can inspire hope, ignite the imagination, and instill a love of learning." Menurutnya, seorang guru yang baik selalu menjadi 'pemberi harapan, pemantik imajinasi, dan pada saat yang sama tetap memiliki gairah, kecintaan untuk terus belajar'.

Tersirat jelas tuntutan kepada guru untuk menjadi figur yang nyaris sempurna. Sebuah ekspektasi yang tinggi selalu ditimpakan kepada guru terutama jika berkaitan dengan kebutuhan pendidikan anak bangsa yang berkualitas. Harus diakui jika pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang kompleks dan tidak mudah seiring dengan perubahan besar dan cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan. 

Kompetensi guru dengan kompetensi intinya tidak lagi sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Mewujudkan guru yang berkualitas menjadi bagian ikhtiar pendidikan untuk terus bergerak maju, menjadi lebih baik.

Kualitas Guru

Pandemi Covid-19 menjadi ujian kualitas dalam sebuah proses yang akan memastikan kelayakan guru untuk bisa digugu dan ditiru. Menurut Richard Leblanc (1998), kualitas guru dalam pengajarannya harus memiliki keunggulan. Pertama, Peran guru ketika mengajar bukan hanya tentang memotivasi siswa untuk belajar, tetapi mengajari mereka cara belajar, dan melakukannya dengan cara yang relevan, bermakna, dan mudah diingat.

Kedua, Dalam pengajarannya, seorang guru harus bisa menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Ini tentang meninggalkan menara gading dan membenamkan diri di lapangan, berbicara dengan, berkonsultasi dengan, dan membantu praktisi, dan berhubungan dengan komunitas mereka. Peran guru harus mendengarkan, bertanya, bersikap responsif, dan mengingat bahwa setiap siswa dan kelas berbeda. Pengajarannya harus mendorong siswa untuk unggul pada saat yang sama, mampu menjadi manusia, menghormati orang lain, dan menjadi profesional setiap saat.

Ketiga, Mengajar adalah tidak selalu tentang memiliki agenda yang tetap dan menjadi kaku, tetapi menjadi fleksibel, cair, bereksperimen, dan memiliki kepercayaan diri untuk bereaksi dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah. Keempat, Mengajar yang baik pun adalah gaya. Pengajaran yang efektif bukanlah tentang dikunci dengan kedua tangan terpaku pada podium atau mata terus terpaku pada proyektor slide saat guru terus mengoceh. Guru yang baik mengerjakan ruangan dan setiap siswa di dalamnya.

Dan Kelima, Seorang guru harus menyadari bahwa mereka adalah konduktor dan kelas adalah orkestra mereka. Semua siswa memainkan instrumen yang berbeda dan pada berbagai kemahiran. Tugas seorang guru adalah mengembangkan keterampilan dan membuat instrumen ini menjadi hidup sebagai satu kesatuan yang kohere untuk membuat musik. 

Dalam kebijakan "Merdeka Belajar" oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, sudah ditawarkan beberapa terobosan kemerdekaan mengajar seperti penyederhanaan RPP dan kurikulum baru yang didesain lebih fleksibel. Namun para guru sebagai pengajar dan pendidik dipaksa untuk beradaptasi mengajar di tengah pandemi, dan bersamaan dengan hal tersebut guru juga dituntut untuk mau belajar. Alhasil, tidak hanya mengajar dengan tangguh, guru juga perlu belajar seraya terus bertumbuh.

Sejatinya pandemi bukanlah alasan untuk berkeluh karena kegiatan belajar mengajar akan terus berlanjut. Guru merdeka itu tangguh, dan seperti ucap Ki Hadjar Dewantara "tabah menghadapi rintangan apapun". Guru merdeka bukan hanya bebas untuk berkarya melainkan juga mau untuk bertumbuh, sebagaimana kata merdeka yang tidak hanya cukup diucap dengan kata-kata dan guru pun tidak cukup hanya berucap Merdeka Belajar.

Guru pembelajar merupakan sosok yang sangat dibutuhkan dalam memberikan pembelajaran secara jarak jauh. Dengan cara belajar hal-hal yang baru menemukan berbagai cara yang menyenangkan untuk anak dan bisa membantu orang tua. Sejatinya, dengan belajar seorang guru bisa terus bertumbuh dan selanjutnya harus menjadi guru yang berprestasi yang akan memberi kesempatan kepada anak-anak didik mereka di usia dini untuk melihat bahwa profesi guru bukanlah profesi yang kaku. 

Alhasil, menghadapi permasalahan di masa dan pasca pandemi sekolah harus melakukan berbagai terobosan kreatif untuk tetap survive. Semua itu perlu dukungan guru pembelajar, guru berjiwa entrepreneur, dan kolaborasi semua pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun