Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kewirausahaan Model ASEP

15 Agustus 2021   04:01 Diperbarui: 15 Agustus 2021   07:39 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kewirausahaan, Foto: Fixabay

Menjadi menarik atau sebaliknya ketika bahasan dan kajiannya mengenai pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK, ataupun ketika harus membahas pendidikan kewirausahaan. SMK digadang-gadang memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan prosentase lahirnya para wirausaha.

Dalam hal pengembangan kultur kewirausahaan di SMK, Nuh dalam Raharjo (2014) menyatakan bahwa perlu dikembangkan berbagai faktor penting. Pertama, pola pikir terbuka dimana kewirausahaan harus mampu melihat keluar. Maka orang yang ingin memiliki jiwa wirausaha harus berpikir terbuka. Namun, berpikir terbuka belum cukup, harus dilengkapi dengan flexibility skill, yaitu memiliki kemampuan berpikir secara fleksibel dengan mengembangkan entrepreneur approach.

Kedua, akan lebih sempurna jika para kepala sekolah dan guru, dalam mempersiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan berwirausaha, mempunyai technical skill, kemampuan teknis. Intinya ada minimum technical skill yang terkait dengan lingkup yang mau dikembangkan kewirausahaannya. Dan Ketiga, wirausaha berinteraksi dengan masyarakat luas dan dunia disiplin yang berbeda. Sebab wirausaha bukan semata untuk diri sendiri.

Ada banyak peluang usaha yang dilakukan peserta didik di SMK ini tidak harus selalu berhubungan langsung sesuai dengan program keahlian mereka. Namun, terlebih pada saat pandemi Covid-19 memberikan dampak positif bagi para siswa bisa melakukan usahanya dengan pendekatan bisnis berbasis online atau berbasis daring. Selanjutnya didalam prakteknya para siswa dapat mengaitkan dengan kompetensi keahlian yang mereka pelajari.

Saat ini kita harus bisa memanfaatkan potensi ekonomi kreatif, senyatanya ekonomi kreatif di Indonesia sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2006. 

Dilansir dari UNCTAD (unctad.org), ekonomi kreatif atau creative economy adalah konsep ekonomi yang sangat mengutamakan kreativitas, penggunaan ide, pengatahuan dan teknologi untuk mengembangkan ekonomi khususnya pada bidang industri kreatif.

Setidaknya ada 14 jenis industri kreatif, yakni periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, mode atau fashion, media (film, video dan fotografi), game atau permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, software, riset dan pengembangan, musik, serta broadcasting atau penyiaran.

Tantangan SMK saat ini dan sudah jauh hari sebelumnya harus mampu mendongkrak lulusannya untuk bisa memberi kontribusi dalam bidang kewirausahaan. 

Di SMK dalam kurikulum 2013 siswa kelas XI dan XII pasti belajar mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) sebagai mata pelajaran yang terkait secara langsung dalam penanaman pendidikan kewirausahaan kepada siswa. 

Mata pelajaran tersebut dapat memberikan Pemahaman dan keterampilan berwirausaha kepada siswa. Selain pemberian materi dalam mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan terdapat kegiatan berupa aktivitas praktik dalam menerapkan materi yang telah di pelajari.

Salah satu model pembelajaran yang bisa dikembangkan dalam mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) adalah dengan pendekatan Model ASEP, Program pembelajaran dengan siklus Analisa-Studi kelayakan usaha-Eksekusi dan Progress. Model ASEP ini bisa digunakan untuk membimbing peserta didik dalam membentuk softskills wirausaha para siswa SMK.

Dalam pembelajarannya siklus ASEP ada tiga hal penting yang harus dirubah terlebih dahulu sebagai mind set yaitu Sekolah memiliki Jargon "Usaha sambil Sekolah", Pendekatan belajar berbasis projek dan Pendekatan belajar berbasis Omset.

Dalam tahapan siklus yang harus dilalui oleh para siswa, adalah :

  1. Analisa Produk , siklus ini mewajibkan kreativitas siswa untuk melakukan analisa seperti; Potensi Pasar, Kebutuhan konsumen, Trends, SWOT, STP, Persaingan, Marketing Mix dan lain-lain. Misalnya menganalisa trends belanja masyarakat dengan google trends, atau misalnya menganalisa bauran pemasaran (marketing mix) 4C untuk Cunsomer; apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen, Cost; biaya yang dibutuhkan konsumen untuk memenuhi keinginan dna kebutuhannya, Communication; Bagaimana komunikasi bersifat kooperatif dan disetujui oleh penjual dan pembeli. Konsumen selalu ingin mendengar 'apa untungnya bagi saya?, Convinience; Sebagian besar pelanggan Anda memilih produk berdasarkan kenyamanan pembelian.Bagaiman kemudahan distribusi dan hilangnya hambatan, pembelian kenyamanan menghasilkan lebih banyak manfaat bagi merek dalam jangka panjang.
  2. Studi kelayakan usaha, siklus ini bisa menilai layak atau tidaknya usaha ini dijalankan. Siswa harus membuat Perencanaan Usaha dan Penilaian Kelayakan Usaha. Siswa harus membuat Business Plan yang sederhana atau dengan Business Model Canvas.
  3. Eksekusi, sebagai Aksi Nyata kegiatan usaha. Eksekusinya adalah Pelaksanaan Kegiatan Usaha, Inkubator Bisnis Sekolah, Program binaan atau Kemitraan dan bisa Akselerator Bisnis. Adanya Kolaborasi dan Kerja Bareng Semua yang berkepentingan. (guru produktif, guru PKK, tim TeFA,tim Unit Produksi, Pemda, Yayasan, IDUKA dan lain-lain)
  4. Progress, sebagai siklus sebuah Realisasi usaha, Evaluasi dan Pengembangan Usaha. Adanya Laporan pencatatan kegiatan siswa sehingga bisa melihat catatan kendala dan kemajuannya (Pendekatan berbasis Projek dan Omset). Siswa pun bisa dilihat dari realisasi sistem kerja inkubator bisnisnya ( Pra Inkubasi, Inkubasi dan Pasca Inkubasi). Selanjutnya siswa memiliki kemandirian dan pengembangan usaha. Dan akselerator bisnis, siswa memiliki produk sendiri dan mendapat bantuan yang mendukung bisnis start-up.

Alhasil, dalam ujicoba pembelajaran Kewirausahaan yang menerapkan Siklus Model ASEP ini tidak hanya akan membentuk Softskills peserta didik. Tentunya pula dapat pula meningkatkan prestasi belajar dan menjadikan belajar teori lebih mudah karena peserta didik telah mengalami setiap tahapan yang dibahas dalam teori, serta rasa percaya diri peserta didik.

Menjadi sebuah kebanggaan dan prestasi tersendiri ketika para peserta didik dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri, bahkan dapat membantu orangtua mereka. Dan dampak lainnya adalah bisa menjadi Branding untuk sekolah serta kemandirian lulusan. SMK Bisa!...SMK Hebat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun