Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Teaching Factory" SMK, Solusi Pengangguran?

24 Februari 2019   07:17 Diperbarui: 24 Februari 2019   07:30 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pendidikan. Pendidikan sudah seharusnya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, kompeten, kreatif, dan tanggung jawab disertai dengan kepribadian dan akhlak mulia. 

Untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jargonnya "SMK Bisa Hebat" maka pengembangan bidang keahlian SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja.  

Penyiapan manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata-mata sebagai faktor produksi karena pembangunan ekonomi memerlukan warga negara yang produktif. Pendidikan menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM, semakin tinggi kualitas pendidikan dan pelatihan yang diperoleh seseorang, akan semakin produktif orang tersebut. 

Akibatnya selain meningkatkan produktivitas nasional, akan meningkat pula daya saing tenaga kerja dipasar kerja global. Untuk mampu bersaing di pasar global, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus mengadopsi nilai-nilai yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan, yaitu disiplin, taat azas, efektif, dan efisien.

Akan tetapi BPS Jawa Barat mencatat TPT SMK tahun 2018 sebesar 16,97 persen dan untuk mengurangi masalah pengangguran maka Pemrov Jabar mewacanakan semua SMK di Jawa Barat harus melaksanakan Teaching Factory (PR, 20-02-2019). 

Targetnya  Teaching Factory menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri. Teaching Factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra di unit produksi yang telah ada di SMK.


Startegisnya Unit Produksi (UP) adalah pengembangan bidang usaha sekolah selain untuk menambah penghasilan sekolah yang dapat digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan, peningkatan SDM juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya.  

Dan Teaching Factory adalah pembelajaran berbasis produksi yaitu suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Jelaslah Pembelajaran melalui Teaching Factory bertujuan untuk menumbuh-kembangkan karakter dan etos kerja (disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama, kepemimpinan, dan lain-lain) yang dibutuhkan DU/DI serta meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekedar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based training).

Hubungan kerjasama antara SMK dengan industri dalam pola pembelajaran Teaching Factory akan memiliki berdampak positif untuk membangun mekanisme kerjasama (partnership) secara sistematis dan terencana didasarkan pada posisi tawar win-win solution. 

Penerapan pola pembelajaran Teaching Factory merupakan interface dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri, sehingga terjadi check and balance terhadap proses pendidikan pada SMK untuk menjaga dan memelihara keselarasan (link and match) dengan kebutuhan pasar kerja.

Tuntutannya dan siapkah SMK-SMK di Jawa Barat menjawab dan melaksanakan tujuan dari pembelajaran Teaching Factory yaitu : 

(1) menghasilkan lulusan yang profesional dengan memiliki keunggulan pada konsep industri modern dan memiliki kemampuan yang dapat bekerja secara efektif diindustri;
(2) untuk meningkatkan penggunaan kurikulum yang lebih fokus pada konsep industri modern;
(3) sebagai salah satu sarana transfer teknologi informasi dari perusahaan mitra ataupun perusahaan lokal dengan menjadikan siswa, senior projek dan tim projek sebagai penggerak utamanya; dan
(4) solusi atas tantangan perkembangan teknologi yang dinamis pada dunia industri (Patricia McQuaid ; 2011).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun