Mohon tunggu...
Asdhar Palopo
Asdhar Palopo Mohon Tunggu... -

SAYA ADALAH WARGA BIASA SAJA Salam kenal, saya adalah warga baru di Kompasiana yang mencoba menuangkan ide kedalam tulisan. Tentu saja saya mengharap masukan dan kritik dari teman teman kompasianer atas tulisan yang saya post. Thanks.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Luar Biasa, Selamat Setelah 33 Hari Hilang Di Gunung Kambuno

30 Maret 2010   04:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_106045" align="alignright" width="300" caption="Dua Pendaki Yang Ditemukan"][/caption] LUAR BIASA, hanya itu ungkapan yang bisa disematkan kepada dua orang pendaki gunung Kambuno, Masamba, Luwu Utara, yang dinyatakan selamat setelah 33 hari tersesat di di belantara hutan gunung tersebut tanpa perbekalan, peta, maupun perlengkapan. Banyak hal mesterius yang dialami oleh dua pendaki yang ditemukan selamat di Gunung Kambuno¸ Kamis, 4/3 lalu. Bahkan, mereka menyebut, penemuan hal aneh menjadi awal petaka yang dialami oleh mereka. Adalah Puja Saputra, 21 dan Ahmad Pasau, 21 yang pada Kamis, 4/3 lalu tiba tiba muncul di belakang rumah salah seorang warga Desa Leboni, Kecamatan Rampi, Luwu Utara. Kemunculan dua sosok yang telah dicari cari selama sebulan lebih itu cukup mengejutkan warga sekitar. Pasanya, banyak yang jika dua dari lima pendaki yang hilang itu masih dalam keadaan hidup. “Kami bertahan hidup dengan memakan apa saja yang kami lihat bisa dimakan, baik binatang maupun tumbuhan liar yang ada di hutan, bahkan, kami terpaksa untuk memakannya mentah mentah karena tidak adanya peralatan untuk memasak yang dibawa,” ujar Puja dalam sebuah pertemuan di RSUD Sawerigading, kemarin. Puja mengatakan, awalnya, mereka mengaku jijik untuk memakan mentah binatang seperti katak dan cacing yang ada di hutan. Namun, karena terancam kehidupannya, mereka terpaksa melakukannya. “Awalnya, hanya saya yang mau memakannya, sementara Ahmad enggan untuk menyentuh binatang itu, tetapi karena saya paksa, akhirnya dia mau juga mencicipi makanan itu,” ujar Puja. Selain binatang, mereka juga mengaku memakan tumbuhan seperti patikala, buah khas tana Luwu yang rasanya sangat asam, dan dedaunan. Salah satu tantangan terberat mereka selain medan yang berat, adalah banyaknya pacet atau lintah yang selalu melekat dan menghisap darah mereka. “Setiap malam, ada puluhan lintah yang menempel ditubuh kami, sampai sampai rasa sakit dikulit sudah tidak terasa lagi karena seringnya digigit lintah,” ujarnya. Namun, nasib mereka tidak seberuntung tiga rekannya yang lain yang hingga kini belum juga ditemukan. Ketiganya Ansar T, 22, Ahmad Pasau alias Aldi, 21, dan Cakra Pradipta, 22. Saat ini tim pencari terus melakukan pencarian terhadap ketiganya. Bisa Dibaca juga di: Sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun