Saya salah satu dari sekian banyak burung beo Nias yang hidup di pulau Jawa. Saya berasal dari campuran Sri Lanka dan Nias. Ayah saya adalah burung nuri yang berasal dari Sri Lanka sedangkan ibu saya adalah burung nuri yang berasal dari Nias. Saya tinggal bersama  orang tua dan adik saya di Pegunungan Lolomatua. Setiap pagi orang tuaku pergi memetik buah, terkadang mereka juga membawa serangga kecil untuk  dinikmati  anak-anaknya. Setelah berhasil mendapatkan makanan, orang tua saya kembali ke rumah untuk membesarkan saya dan adik perempuan saya. Saya masih ingat dalam benak saya, saat saya tertembak senapan angin  pemburu di hutan dan memasukkannya ke dalam tas bersama teman-teman yang lain untuk dibawa ke suatu tempat. Saya lebih suka tinggal di luar kandang, karena saya merasa sempit  di dalam kandang dan tidak bisa bergerak sesuai keinginan. Selain itu, saya sering dipaksa makan berlebihan, mengonsumsi obat-obatan kimia, dan jarang disuntik dengan cairan bernama vitamin agar saya bisa mengeluarkan suara atau bergerak sesuai keinginan mereka.
Suatu hari, putra pemilik yang merawat saya membuka pintu gudang tempat saya tinggal. Saat itu,  anak tersebut melihat kandang saya di depan rumah setelah dibersihkan dengan larutan pembersih. Tanpa pikir panjang, aku  langsung berjalan menuju pintu kandang dan keluar.
***
Aku sudah hampir 2 tahun jauh dari  orang tuaku. Rasa nostalgia ini masih menyerbu hari-hariku, aku rindu  canda tawa bersama adik dan  orang tuaku. Saat aku sedang memikirkan  orang tuaku, tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat keras di belakangku.
"Oni, oni!"
"Hei, walik"
"Aku melihatmu berdiri dipohon, apa yang kamu lakukan?"
"Aku rindu orang tuaku"
"Ayo jalan-jalan, kebetulan aku punya teman di daerah Bromo, lumayan untuk healing hahaha"
"Kamu sudah seperti manusia, halang hiling hahaha"
Walik merupakan salah satu  jenis merpati yang hidup di Gunung Ceremai, sejak ditinggal  ibunya, ia tinggal sendirian di Gunung Ceremai selama kurang lebih  10 tahun. Selain penampilannya yang menarik, walik juga merupakan  burung yang cerdas karena  dapat menghindari predator yang menginginkannya.
***
Â
Matahari pagi sudah mulai terbit ke atas permukaan menyambut para penghuni bumi termasuk saya dan Walik yang  bersiap bergerak menuju kawasan Bromo. Terlihat dari atas hamparan hitam yang menyerupai batu bara dari perapian yang biasa digunakan  manusia untuk memasak. Saat kami hendak menuju kawasan hutan Bromo, kami melihat sekawanan elang jawa terbang dengan formasi yang sangat indah. Kemudian, dikejauhan, kami melihat seekor elang datang ke arah kami.
"Walik, sahabatku, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Syukurlah saya akhirnya bertemu denganmu, hahaha, saya dan teman hanya ingin pergi berlibur ja"
"Oh iya, perkenalkan dulu, dia temanku, dia adalah Beoni, biasa dipanggil oni, dan oni, ini ejaan temanku adalah "
Saya, walik dan eja  segera berangkat ke rumah Eja di  hutan Gunung Bromo sambil bercerita tentang padang rumput di sana. Eja adalah sejenis elang jawa yang hidup di pegunungan Bromo.
"Lapangan ini sering disebut savana Indonesia. Dulu saya sering main di padang ini lik, akan tetapi keegoisan manusia membakar padang ini dan menjadikannya padang hitam seperti ini"
"Mereka dengan seenaknya membuang sampah-sampah dan puntung rokok yang masih menyala, bahkan sebagian dari mereka juga membuat efek asap untuk kepentingan sendiri sehingga menyebabkan padang ini terbakar"
Setelah sampai ditujuan, saya dan walik pun mendadak terpana melihat pemandangan yang tak biasa. Saya melihat bangunan kecil diatas pohon dengan interior yang sangat mewah, karena rasa penasaranku yang tinggi, saya pun bertanya kepada eja
"Ini rumah kamu ja ?"
"Ya oni, iki rumahku dan teman-temanku"
"Rumah ini dibangun oleh sekelompok manusia yang peduli terhadap burung elang jawa, selain itu, mereka juga turut serta menanam pepohonan disekitar agar kami bisa bermain dan tinggal dengan nyaman"
"Itulah alasannya kami tidak bisa sepenuhnya benci karo manusia, karena walaupun banyak manusia yang egois, akan tetapi masih banyak manusia yang peduli dengan alam sekitar."
Selama berada di dalam rumah eja, mataku tidak pernah sekalipun berkedip melihat interior yang ada di dalam rumahnya. Hari demi hari terus berlalu, sudah 3 hari saya berada di bromo. Hari ini waktunya saya dan walik untuk pergi melanjutkan perjalanan ke tempat lainnya.
"Matur suwun ya walik dan oni, telah mampir ke rumahku"
"Maaf ya ja, belum bisa lama soalnya kami harus pergi ke tempat afra"
"Oke, hati-hati di jalan ya walik, oni" kata eja sambil mengangkat sayap kanannya
***
Saya dan walik pun melanjutkan perjalanan menuju ke hutan karet yang ada di sragen. Sesampainya di sana, kami langsung menemui Afra yang sedang bernyanyi di atas batu. Afra merupakan  burung darat yang hidup di bebatuan atau semak-semak.