Mohon tunggu...
Amiruddin Saddam
Amiruddin Saddam Mohon Tunggu... Programmer - Pekerja dan Pengajar Swasta

Tech Enthusiast, Content Writer and Learner Something New

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kicauan Burung untuk Ego Manusia

15 September 2023   07:30 Diperbarui: 15 September 2023   07:39 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burung berkicau (sumber: unsplash.com/an Meeus)

"Halo Lik, apa kabar saiki?"
"Syukurlah saya baik-baik saja teman, kamu apa kabar?"
"Ya, seperti yang kamu lihat, alhamdulillah baik"
"Ayo main ke rumahku dulu, lik"
"Oh ya afra, perkenalkan dia temanku, namanya beoni, biasa dikenal dengan oni"
"Senang bertemu denganmu, oni"
"Kapan kamu pindah ke sini?" Walik bertanya sambil menikmati makanan yang disajikan
"Belum lama ini, baru sekitar seminggu"
"Sebelumnya, kami tinggal di ujung jalan, namun belum lama ini tanah disekitarnya terbakar karena ada orang yang  membuang puntung rokok dan akhirnya menimbulkan kebakaran.
"Kami akhirnya pindah ke sini agar lebih mudah mencari makanan"

Ketika pagi tiba, kami pergi bersama Afra untuk mencari makanan di sekitar batu tempat kami menginap. Saat matahari mulai terbit, Walik dan saya pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Buping, tinggal di daerah Mampang

***

Jika di perjalanan sebelumnya saya masih bisa terjaga cukup lama, di perjalanan kali ini saya dan walik akan berhenti Cukup banyak  hanya  untuk berteduh dan minum. Saya dan Walikota berhenti di dekat dahan pohon dekat pemukiman penduduk. Sambil melihat sekeliling, tiba-tiba Walik menunjuk seekor burung pingai yang sedang minum dari genangan air dan mendekatinya.

"Astaghfirullah walik, saya kaget" kata buping kaget
"Haha, ngapain kamu disini ping?" Walik tersenyum dan bertanya
"Iya, seperti yang kamu lihat, saya minum walik"
"Hei ping, ikut saya jalan-jalan yuk" tanya walik
"Haha, kamu mau kemana?"
"Iya, kamu bebas kemana saja"
"Oh iya ping, dia temanku, namanya Beoni tapi biasa kami panggil dia oni"
Lalu kami  terbang melintasi langit langit Jakarta. Sambil terbang dan ngobrol
"Ping, saya bingung, kenapa banyak sekali daun di sini yang berwarna coklat? Dan juga saya  belum melihat adanya awan putih?" tanyaku ke buping
"Iya oni,  karena keegoisan manusialah yang mencemari lingkungan"
"Banyak masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mereka membuang sampah dan dengan mudahnya  membakar sampah secara liar. Selain itu mereka juga mencemari lingkungan melalui asap  kendaraan yang mereka kendarai dan mereka juga dengan mudah membakar limbah  produksi"
"Namun, tidak sedikit pula orang yang peduli terhadap lingkungan dengan menanam pohon, dll untuk mengurangi polusi udara"
Kami asyik ngobrol sampai tak sadar matahari sudah mulai terbenam. Dalam perjalanan kali ini kami tidak berlama-lama, karena cuaca  tidak memungkinkan saya dan Walik untuk berlama-lama di kota ini.

Setelah berkeliling ke berbagai kota, saya belajar banyak tentang bagaimana teman-teman saya berjuang  hidup dengan segala kondisi alam yang hancur karena keegoisan manusia. Saya pun bersyukur masih bisa hidup  nyaman di pegunungan tanpa harus khawatir dengan kondisi alam yang keras. Saya berharap manusia dapat lebih memperhatikan lingkungan sekitar agar hewan dan tumbuhan disekitarnya dapat hidup  nyaman dan  saling memberi manfaat.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun