Upacara pada tanggal 17 Agustus sangat berarti bagi masyarakat Indonesia dan sering dirayakan di seluruh Indonesia di tingkat nasional, provinsi, kota, sekolah dan masyarakat. Selain itu, upacara pada 17 Agustus juga digelar untuk mengenang dan memberikan penghormatan atas perjuangan para pahlawan dan tokoh nasional yang berjuang keras untuk kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Upacara ke-17 juga merupakan waktu penting untuk membangkitkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan solidaritas di antara bangsa Indonesia dalam rangka memperkuat identitas nasional Indonesia.
Saat belum sekolah, saya selalu melihat saudara dan orang tua saya menonton 17 Agustus di layar TV. Bahkan di luar rumah, banyak sekali orang yang mengikuti berbagai macam lomba seperti lomba menghias sepeda, lomba makan kue, dll. Tepatnya tanggal 17 Agustus tahun depan, saat saya berumur 6 tahun, saya tertarik untuk mengikuti lomba mewarnai yang diadakan dilingkungan RT. Banyak orang yang mengikuti lomba mewarnai bendera merah putih. Meskipun saya belum memenangkan apa pun, saya cukup senang bisa berpartisipasi dalam acara berusia 17 tahun itu.
Pagi itu, saya memasuki area upacara, udara segar menyambut saya. Sorakan dari teman-teman sekelasku dan peserta upacara lainnya menciptakan suasana yang hidup. Setiap senin pagi, sekolah saya sering mengadakan upacara bendera di halaman sekolah. Meski bukan tanggal 17 Agustus, kegiatan ini tetap dilakukan secara rutin untuk memperingati momen kemerdekaan. Semua orang heboh, mengenakan seragam merah putih seakan-akan menunjukkan rasa cinta tanah air.Â
Selain pengibaran bendera merah putih, juga dilakukan pembacaan ikrar dan janji siswa. Setelah itu akan ada sambutan singkat dan juga pengumuman dari para guru. Seperti tahun lalu, selain mengikuti upacara pengibaran bendera pada 17 Agustus, saya juga mengikuti lomba yang diadakan sekolah. Saya mengikuti beberapa lomba semasa sekolah, termasuk lomba makan kerupuk. Lomba ini mengajarkanku arti perjuangan, berjuang untuk bisa memakan semua kerupuk yang tergantung di kayu. Pada kompetisi ini saya berhasil meraih juara kedua setelah mengalahkan teman-teman saya yang lain. Ada perasaan yang tidak dapat diungkapkan ketika juara dalam suatu kompetisi, yaitu perasaan bahagia dan bangga yang bercampur satu.Â
Setelah berhasil menamatkan sekolah dasar, saya melanjutkan belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor. Di Pondok Modern Darussalam Gontor, pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, santri wajib berkumpul di kampus untuk mengikuti upacara pengibaran bendera. Petugas upacara sering dipilih santri senior yang telah dilatih selama berminggu-minggu untuk melakukan yang terbaik. Hentakan kaki petugas membuat hati ini selalu bermimpi berdiri di depan.Â
Namun, seleksinya cukup ketat, sehingga saya tidak bisa ikut sebagai petugas upacara. Pimpinan pondok selaku Inspektur Upacara menyampaikan sepatah kata penghormatan pada 17 Agustus lalu. Usai upacara usai, para santri melanjutkan kegiatan akademik dengan tujuan melanjutkan perjuangan para pahlawan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Mahasiswa adalah "agen perubahan". Ini adalah kata-kata yang biasa saya dengar ketika saya masih mahasiswa. Bukan tanpa alasan mahasiswa disebut sebagai agen perubahan karena memiliki energi, ide-ide baru dan kemampuan untuk menginspirasi perubahan positif di berbagai bidang, seperti lingkungan, sosial, politik dan budaya. Dengan bersikap proaktif, terlibat secara sosial, dan mengembangkan pemikiran kritis, siswa dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan perubahan positif.
Hal inilah yang mendorong saya untuk bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa. Saya banyak belajar dari bergabung di Badan Eksekutif Mahasiswa, khususnya tentang berbagai isu yang berkaitan dengan negara Indonesia. Apalagi saya sudah berkali-kali mendatangi gedung DPR/MPR bersama teman-teman lain untuk menyampaikan keinginan banyak orang. Dalam sebagian besar pertemuan, lagu kebangsaan Indonesia Raya selalu diperdengarkan. Lagu ini menyentuh hati saya. Upacara pembukaan juga sering diadakan untuk menginisiasi perkumpulan formal, terutama perkumpulan yang melibatkan banyak mahasiswa dari berbagai kampus.
Setelah tamat sekolah, saya jarang menghadiri upacara secara langsung. Namun, pada beberapa kesempatan, saya masih menonton upacara tersebut di televisi. Apalagi saat ini, 17 Agustus, saya ikut serta dalam perayaan 17 tahun pengibaran bendera hingga penurunan bendera. Bahkan melalui layar TV, jiwa dan raga bisa merasakan perjuangan kemerdekaan sang pahlawan saat upacara berlangsung.
Peringatan 17 Agustus bukan sekedar rangkaian acara khidmat, melainkan sebuah perjalanan emosional yang mengajak kita melakukan perjalanan melintasi waktu. Ketika bendera Merah Putih berkibar namun tak mengenal lelah, sadarlah bahwa semangat juang tak pernah padam. Pengalaman mengenang perjuangan para pahlawan dan pejuang kemerdekaan yang menghiasi setiap langkah dalam upacara tersebut.Â