Mohon tunggu...
Asa Lukis
Asa Lukis Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rasa Iri

10 Februari 2024   15:16 Diperbarui: 10 Februari 2024   15:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puing-puing pertemanan yang rusak
Oleh dengki dan rasa iri,
Rasa amarah dan kekalahan,
Rasa tak memiliki apa yang ia miliki

Aku tahu, bukan ia yang jahat
Aku yang kejam, penuh kebencian
Penuh amarah dan selalu menyalahkan
Masa lalu, yang sebenarnya bisa diabaikan

Aku tahu, anak polos itu
Ingin kucabut seluruh bagian dari jiwanya
Hingga tak bersisa semua hal
Yang membuatku iri dengannya

Keluarga yang bahagia,
Harta yang melimpah
Teman yang peduli,
Kepintaran yang tak jauh berbeda

Anak polos yang membuatku muak
Membuatku menghancurkan apa yang ada
Di sekitar, kapal pecah yang kubuat
Sebab amarah dan imajinasi dari otak

Aku merasa tak sepantasnya kubilang
Anak itu, seharusnya ku tak lagi melihatnya
Tak lagi berbincang dengannya
Sepantasnya detik kala itu adalah akhir

Akhir dari perbincangan panjang
Milikku dan anak polos itu
'Tuk anak polos yang beruntung,
Tolong hentikan pembakaran hatiku

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun