Mohon tunggu...
Hubertus Lajong
Hubertus Lajong Mohon Tunggu... Guru - a chemistry taecher
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar di pendidikan kimia Universitas palangka raya (UPR)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kisah Karyawan Gaji 80 Juta Mengeluh Jadi Insipirasi bagi Kita

26 April 2020   05:59 Diperbarui: 26 April 2020   08:06 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HUBERTUS LAJONG

Semenjak adanya virus asal wuhan alias covid-19 di negri ibu pertiwi ini, membuat semua orang hiruk- pikuk memikirkirkan kehidupannya, bukan hanya kesehatan dirinya tetapi juga ekonomi yang menunjang kehidupan nya menjadi hal yang kerap kali dikahwatirkan di semua kalangan masyarakat.

Baru-baru ini media social kembali ramai membicarakan soal kisah seorang karyawan swasta yang bergaji 80 juta sebulan. Pegawai swasta bergaji besar itu belakangan  ini dirumahkan dan tak lagi menerima gaji sejak pandemi virus corona.

Sejak karyawan itu dirumahkan, kondisi keuangan rumah tangganya langsung berantakan karena tak ada lagi pemasukan  untuk diri dan keluarganya. Sedangkan yang bersangkutan terlanjur sudah mengambil rumah yang seharga 2 miliar dengan cicilan yang besar di perumhana elite dan juga mobil mewah yang dipakainya. Pusing kan mikirnya ?

Memang musibah itu seperti jelangkung, datang tak diundang pulang pun tak diantar sekeluarga dengan mimpi buruk yang tak pernah bisa kita prediksi ataupun meraba apa yang akan terjadi di hari esok.

Itulah yang terjadi pada ALHASIL seorang kariawan yang kena PHK itu, lalu apa yang mau kita petik dari pristiwa itu ? kita sadar bahwa tidak sedikit orang dari antara kita yang paling susah mengatur soal keuangan termasuk saya sendiri.

Tetapi ketika mendengar kisah ini semoga dapat memberi pemahaman bagi kita semua dalam hal mengatur keuangan. Keuangan ini menjadi hal yang paling mendasar untuk tetap hidup di planet yang indah ini.  ''Dulu hingga sekarang banyak sekali orang lebih khusus wilayah Indonesia Timur berprinsip bahwa kaya dan miskin itu sudah ada yang ngatur yang terpenting setiap hari masih bisa menikmati makanan''.memang bagi orang yang beragama wajib hukumnya untuk mempercayai hal itu tapi yang menjadi persoalanya tidak mungkin kebutuhan pokok seperti beras dan sayur kita dapatkan secara gratis atau ngemis ke tetangga bila habis, tetap saja ujung-ujungnya kembali uang dan uang. Maka dari itu mari kita mencoba untuk tidak meremehkan hal ini.

Di sisi lain kejadian ini kebetulan terjadi disaat kita memasuki pekan suci Rhamadan artinya paling tidak menjadi pesan untuk kita agar jangan terlalu berlebih-lebihan. Apalagi saat ini kita sedang dilanda pandemi penyebaran covid-19  yang sangat mengacam kehidupan kita baik kesehatan maupun ekonomi kita, situasi yang merubah semua yang biasanya mudah untuk kita dapatkan sekarang malah susah bahkan tidak bisa kita dapatkan.

Faktor  lain yang seringkali menjebak kita adalah  karena gemar memanjakan kedua bola mata kita. Seperti contoh misalnya: Jalan-jalan ke mal, ngeliat baju menarik perhatianya, awalnya memang hanya coba-coba di fitting room, lalu karena ada uang di sakunya tanpa pikir panjang pun lansung memborongnya ke rumah. Eh....ternyata sampai di rumah dirinya baru sadar ternyata dia nggak beneran butuh baju.

Mungkin karena isi dompetnya berlebihan kali menrutnya.tapi justru berlebihan itulah yang selalu memerosoti kita  dan perlu kita ingat bahwa bumi ini bukan lah ajang pamer-pameran gaya. Kenapa saya bilang seperti itu ? karena jaman sekarang orang membeli baju bukan karena kebutuhan nya melainkan untuk ajang pamer-pameran agar keliahatan gaya.

Begitu juga dengan HP, membeli HP baru dan bermerek pada hal yang lama juga masih layak untuk pakai. Kalau kata orang dayak Ela-ela ih dunia!! Jika bisa diibaratkan, tak jauh bedanya dengan jalanan, sebagus apa pun jalan yang  dibangun tetap saja ada volumenya untuk kendaraan artinya  seberat berapa  yang tepat untuk jalan itu.

Jika muatan berlebihan, aspal di jalan harus menanggung beban lebih berat dari seharusnya. Juga jangan sampai kita menjadi supir yang tak peduli dengan kondisi dan kemampuan jalan, membuatnya rusak, hingga mencelakakan diri sendiri dan orang lain. singkat cerita saya hanya mencoba berpesan bagi kita semua bahwa janganlah terlalu berlebih-lebihan. belilah yang memang benar-benar kita butuhkan bukan untuk sekedar pamer gaya karna bumi yang bulat ini tetaplah berputar artinya belum tentu besok kita mendapatkat rejeki yang sama dengan hari ini. seperti kata

warren buffet "if you by thins you don't need, soon you will have to sell things you need" jika lho membeli sesuatu yang lho tidak butuhkan

 maka bakalan ada massanya, lho malah harus menjual sesuatu yang sebenarnya lho butuhin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun