Pendidikan memang merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengembangkan potensi dirinya dalam hal ini Kualitas menjadi  hal yang utama untuk diprioritaskan dalam sistem pendidikan nasional. untuk mencapai kualitas itu sendiri merupakan tanggung jawab dan  tantangan yang tidak mudah bagi lembaga penyelenggara pendidikan baik lembaga pemerintah maupun swasta.
UU Nomor 20 Thn.2003 Pasal 3 Menerangkan Bahwa  Pendidikan Nasional Berfungsi Mengembangkan Kemampuan Dan Membentuk Watak Serta Peradaban Bangsa Yang Bermartabat Dalam Rangka Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Bertujuan Untuk Berkembangnya Potensi Peserta Didik Agar Menjadi Manusia Yang Beriman Dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, Dan Menjadi Warga Negara Yang Demokratis Serta Bertanggung Jawab.
Lalu apakah proses pelaksanaan pendidikan itu berpengaruh terhadap kualitas peserta didiknya ?. bagi sebagian orang mungkin menganggap ini hal biasa. Akan tetapi kalau di pikirkan secara matang dan jika dikaitkan dengan kebutuhan industri kerja saat ini, hal ini menjadi penting untuk diperbincangkan.
Karena pada dasarnya adalah bukan sertfikat/Izasah sebagai tanda bukti bahwa kita sudah menyelesaikan atau menempuh suatu proses pendidikan itu yang penting. Akan tetapi mempertanggung jawabkan izasah atau sertifikat menjadi hal sangat penting.
Begitu banyak orang seperti pelajar ataupun mahasiswa terlalu mengabaikan prosesnya, bagi mereka hal yang paling penting adalah Ijasah dan sertfikatnya ada. memang dalam sistem birokrasi kita, Ijasah menjadi suatu syarat ketika kita melamar suatu pekrjaan. Namun apakah tidak malu jika kita memiliki ijasah sarjana lantas tidak bisa berbuat apa-apa ? apalagi tidak mampu dalam bidangnya sendiri.
Melihat tuntutan itu saya kemudian tertarik ber opini dalam sistem proses belajar mengajar pasca pandemi penyebaran covid-19 ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa baru-baru ini kita ramai di sibukan dengan pembelajaran sitem daring atau pembelajaran online.
Pada dasarnya memang ensensi belajar mengajar baik daring maupun tatap muka  hanyalah suatu dialog untuk memindah file dari memori satu ke memori yang lainya.
Setelah saya tanyakan bebarapa orang pelajar baik yang masih sekolah menegah atas maupun mahasiswa tentang bagaimna pemahaman mereka pasca pembelajaran daring ini.
Ternyata tidak sedikit orang yang tidak menyukai bahkan tidak mengerti dengan materi yang dibahas. Karena pada pelaksanaannya ternyata guru hanya memberikan materi berupa file pdf serta  tugas berupa proyek dan soal latihan. Sedangkan mreka tidak diberi ruang untuk saling bertanya atau didiskusi bersama guru dan temanya.
Sebagai salah seorang yang belajar tentang  kimia, saya tidak bisa membayangkan bagaimana siswa ataupun mahasiwa memahami materi kimia dengan sistem darling ini. Pada hal secara umum sebenarnya materi ini sangat membutuhkan guru untuk membimbing siswanya agar mengerti tentang isi materi yang sedang di bahas.
Kalau kita kembali melihat ke belakang tentang penerapan kurikulum 2013 yang mengharuskan siswa untuk lebih aktif di banding kan gurunnya. beberapa topik dalam materi kimia sangat susah untuk menerapakan sistem ini. Apalagi jika mengunakan sistem daring lalu merujuk pada pelaksanaan kurikulum 2103. Aduhh....ampun deh siswanya.
Kalau kita lihat dari kronologisnya disini sepertinya bukanlah siswa yang salah memahami akan tetapi cara lembaga penyelengara atau guru dan dosen yang membimbing itu  sepertinya kurang begitu baik hingga tidak efektif.harusnya pihak penyelengggra perlu memikirkan lagi terkait masalah ini khusunsya dalam hal diskusi atau Tanya jawab antar guru dan siswanya.
Dan jika diskusi atau tanya jawab itu kita anggap penting untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran maka siswa seharusnya di beri ruang dalam hal ini
 Apakah diskusi melalui via whats up ataupun media social lainya itu tidak menjadi masalah yang terpenting keluhan ataupun masalah siswa dalam memahami materi itu terjawab. karna jika tujuan pembelajaran itu tercapai oleh siswa maka bukan tidak mungkin siswa itu anggap berkuliatas nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H