Â
Kedua, kita tidak mengakui adanya batas-batas negara yang dibuat hanya untuk memecah belah umat islam. Kita menolak nasionalisme, karena nasionalisme adalah paham yang bertentangan dengan ukhuwah islamiyyah. Apakah kita yang tegas menolak nasionalisme itu, lantas mengakui batas-batas teritorial negara? Tidak demi Allah. Jika memakai kacamata PBB maka kita mungkin akan melihat batas-batas atau sekat-sekat pembatas antara negri islam, yang mana semua itu dibuat atas perjanjian yang dikehendaki kaum kafir. Namun jika kita mengganti kacamata itu dengan kacamata islam, maka hanya akan terlihat dua wilayah yaitu Darul Islam dan Darul Kufur, dimana dalam Darul kufur terdapat negri yang berstatus muhariban fi’lan (yang wajib diperangi) dan ada yang muhariban hukman (yang secara hukum boleh diperangi). Lantas mengapa kita memperberat syarat berdirinya khilafah dengan harus mengikuti batas teritorial yang dibuat kaum kafir?
Â
Faktanya memang Khilafah yang baru saja berdiri adalah independen, tidak berada dibawah tekanan pihak manapun, bahkan termasuk Al-Qaeda (padahal khalifahnya berasal dari Al-Qaeda), sebab sebagai pemimpin negara tidak boleh tunduk kepada siapapun kecuali Allah dan syariat-Nya saja. Independen bukan berarti membuat pesawat sendiri, atau memiliki pabrik mobil sendiri, tapi lebih pada bagaimana pihak lain mengintervensi negara tersebut. Meskipun suatu negara itu kaya raya, tapi jika pemimpinnya tunduk dibawah ketika negara lain atau perkumpulan lain maka dia tidak disebut independen. Jika kita melihat negara mana yang paling independen, maka kita akan dapat Daulah Islam atau Khilafah Islamiyyah-lah yang paling independen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H