Mohon tunggu...
Catatan_98
Catatan_98 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

terpaksa aku bercerita lewat kata, semua isinya seperti di depan mata. kutanya pada para bayang perihal ia terus melekat, yang semakin dekat dan buatku sukar memberi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harapan

12 Oktober 2022   23:56 Diperbarui: 13 Oktober 2022   00:02 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

retorika harapan 

dalam memaknai harapan, manusia terlalu berharap penuh pada dunia 

yang selalu mencoba melukiskan warna pada hidup yang terlanjur pekat

semua yang awalnya putih bagai kertas kosong, kini berubah kelam  menjadi kelabu yang begitu pekat,

dan benar adanya, terlalu sulit kalau hanya sekedar menemukan cerah, meski setitik bayang putih sekalipun,

lalu dengan sebab ego kebodohan tetap saja menjadi buta meraba-raba dalam kegelapan,

lalu percaya dengan harapan yang sia sia dan pantas saja kata penyesalan selalu membekas dalam jiwa.

di derasnya hujan membasahi bumi, ku selipkan seutas harapan dari dalam lubuk hati yang mendalam..

dan teruntukmu yang selalu ada luangkan waktumu sebentar saja

untukmu yang selalu aku prioritaskan, 

 aku tidak menerima luka dan aku suka untuk memintamu selalu ada.

dan pada malam yang begitu pekat aku suka warna hitam yang begitu gelap 

aku suka sepi dan aku suka sunyi yang selalu senyap..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun