Mohon tunggu...
Asael Charis
Asael Charis Mohon Tunggu... Penerjemah - Indonesian

Menulis dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa Objek Kepentingan Politik

17 April 2017   01:01 Diperbarui: 17 April 2017   10:00 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 1998 telah menunjukkan kekuatan dari massa mahasiswa yang mampu merubah arus politik bangsa. Ratusan ribu mahasiswa bersatu untuk turun ke jalan demi melengserkan Soeharto dan menyudahi rezim orde baru. 

Amien Rais, seorang guru besar UGM, menjadi sosok yang dituakan pada peristiwa reformasi, yang akhirnya menjadi petinggi Partai Amanah Nasional (PAN). Hal ini menunjukkan dunia politik, bahwa saat mahasiswa sudah berpihak pada satu sisi, maka besar sekali kekuatannya. 

Suatu perguruan tinggi mampu memiliki ratusan hingga puluhan ribu mahasiswa. Terutama jika kita melihat pada Universitas yang sudah mapan, dimana jumlah mahasiswanya sudah mencapai puluhan ribu. 

Massa mahasiswa dengan massa umum memiliki perbedaan, yaitu mahasiswa terdiri dari kaum yang berfisik kuat dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menjadikan mereka mampu memberikan dampak perlawanan yang besar dan konsisten. Idealisme mereka mendorong pergerakan yang mereka lakukan, dengan demikian kekuatan mereka akan jauh lebih kuat. 

Oleh karena ini, mahasiwa sekarang menjadi objek kepentingan politik, karena kekuatannya yang masif. 

Tulisan saya bukan hanya isu, melainkan curahan kekesalan saya pada teman-teman "aktivis" yang seharusnya bergerak secara independen dan berpihak hanya kepada idealisme mereka, bukan kepentingan orang lain. 

Mahasiswa kini mudah disetir oleh kepentingan kelompok politik karena materi. Jika seseorang memiliki waktu dan tenaga, maka yang kurang dari mereka untuk menikmati kehidupan adalah uang, dan itulah problematika mahasiswa, yaitu mereka tidak memiliki uang. 

Perlu kita ingat, bahwa rata-rata mahasiswa mengenyam pendidikan lebih tinggi bukan hanya untuk mencari ilmu, namun juga untuk mendapat jaminan karir yang lebih baik. Jadi uang sangatlah mudah untuk menyetir mahasiswa. 

Mungkin uang-uang itu tidak diberikan langsung dalam jumlah besar, bisa dilakukan dengan acara "menginap", dimana disana mereka akan dimanjakan dan didoktrin sedemikian rupa, sesuai dengan latar belakang para kelompok politik. 

Apakah hal ini salah? Tidak sepenuhnya. Untuk kelompok politik, mahasiswa adalah ladang kader mereka. Karena suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya regenerasi yang akan mengurus. Namun yang disayangkan adalah rapuhnya idealisme itu. 

Saya berharap agar mahasiswa tidak dulu didoktrin demi kepentingan politik. Biarlah idealisme itu ada, agar nanti saat mahasiswa semakin dewasa dan mulai berkarir, mereka akan dikawal oleh idealisme itu, agar mereka nanti terjauhi dari korupsi, kolusi, nepotisme, dan hal-hal negatif yang telah memperlambat perkembangan bangsa ini. 

Janganlah aski mahasiswa menjadi dagelan dengan disetir oleh partai politik. Jadilah kita Agent of Change yang mampu mengubah nasib negara dengan idealisme. 

Jika kita mampu berimajinasi bahwa mahasiswa mampu menjadikan negara Indonesia menjadi negara maju, maka seharusnya hal itu mampu kita wujudkan. Asalkan kita tidak mempedulikan kepentingan kita pribadi atau kelompok, melainkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

Hidup Mahasiswa! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun