Mohon tunggu...
Asad Syamsul A
Asad Syamsul A Mohon Tunggu... -

Faculty Of Social Science,State University Of Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian Nasional Atau Ujian Regional

15 April 2014   04:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian Nasional sebagian besar siswa sekolah menengah sangat frustasi dengan hal tersebut, banyak yang masih ragu dengan hasil yang akan mereka raih nanti pada saat pengumuman kelulusan. Pada akibatnya banyak sekolah yang merasa belum cukup dengan mengadakan jam belajar tambahan namun di tambah dengan training motivasi agar siswa-siswinya siap dalam segala hal baik menjelang UN ataupun setela UN.

Sebenarnya banyak yang menyayangkan dengan masih di adakannya UN di setiap tahunnya. Meskipun tingkat kelulusan UN setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. UN ini sebenarnya hanya akan memberi beban psikis bagi pesertanya sebab 3 Tahun sekolah kelulusannya hanya di tentukan dalam beberapa hari saja. Selain itu bila tidak lulus mereka harus mengikuti ujian ulang paket bersama peserta lain yang tidak lulus UN dan siswa kejar paket yang ijazahnya di samakan dengan kelulusan sekolah menengah pada umumnya. Ini akan menambah beban lagi dan membuat peserta yang tidak lulus UN merasa iri dan penuh rasa malu dengan teman-teman sekolahnya yang lulus UN.

Selain itu sikap orang tua yang kurang bijak akan menyebabkan anaknya semakin tertekan, dalam UN, peran orang tua sangat penting selain sebagai orang yang terdekat namun juga akan lebih membuat siswa semakin nyaman dan tidak ada beban sama sekali sehingga peserta UN akan semakin termotivasi dan penuh percaya diri sehingga dapat melalui masa Ujian Nasional dengan mudah dan yakin bisa lulus dengan hasil yang memuaskan.

Selain masalah di atas pendistribusian soal UN, praktek korupsi dan pembocoran soal masih saja di jumpai di beberapa daerah. Itu sebabnya UN dalam perjalanannya masih saja banyak pihak yang tidak bertanggung jawab dengan permasalahan tersebut. Itu sebabnya banyak pihak yang menyayangkan apabila UN masih di lakukan dan tentukan oleh pemerintah pusat. Pada dasarnya masih banyak sekolah yang mengalami keterlambatan pendistribusian soal UN, kekurangan soal serta lembar jawaban UN , pengawas yang kurang teliti sehingga yang menjadi korban tidak hanya pihak sekolah namun peserta UN juga akan semakin khawatir dengan nasib kelulusan mereka. Selain itu bila kita berbicara mengenai kelulusan seharusnya sekolahlah yang paling berhak dalam menentukan kelulusan siswa karena pihak sekolahlah yang mengeti karakter masing-masing siswa-siswinya. Itu sebabnya pelaksanaan UN yang notabennya masih mengalami kekosongan solusi di sana sini ini seharusnya bisa jadi pertimbangan untuk pemerintah atau dinas terkait agar UN di ganti dengan Ujian regional yang pelaksanaannya serentak secara Nasional selain karena dapat mempermudah pendistribusian soal namun pengawasan kerahasian negara semakin ketat sehingga bisa memperkecil langkah para oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan kelulusan peserta UN sebaiknya sepenuhnya di berikan kepada pihak sekolah agar antara pihak sekolah dan peserta UN tidak terjadi gap yang hanya akan menimbulkan konflik baik sebelum UN ataupun setelah pengumuman kelulusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun