Tidak sedikit diantara kita seringkali setelah makan banyak tidak bisa berpikir dengan jernih, tiba-tiba terasa ngebleng, kehilangan fokus, dan hal yang ingin dilakukan atau hal yang paling nikmat adalah scrolling media sosial. Tidak perlu fakta mana, ini berdasarkan pengalaman pribadi, jadi sangat objektif ditambah lagi dengan teman-teman saya yang juga merasakan hal yang sama. Jadi menarik mengurai lebih lanjut untuk melihat fenomena makan banyak, dan menariknya lagi sepertinya ada kaitannya antara perut, otak, dan psikologi seseorang. Karena tidak mungkin orang yang terlalu banyak makan bisa membuat otak-badan terasa "Bodoh, Ngebleng, Males" jika tidak ada hubungannya antara satu sama lain.
Melemahnya Otak Setelah Makan
Secara medis, setelah makan, otak memang dapat mengalami penurunan performa sementara dalam berpikir, terutama jika makanan yang dikonsumsi mengandung banyak karbohidrat. Hal ini berkaitan dengan proses metabolisme tubuh. Makanan tinggi karbohidrat dapat memengaruhi kadar gula darah, yang kemudian memicu pelepasan hormon insulin. Insulin membantu tubuh menyerap gula dari darah untuk dijadikan energi, namun juga meningkatkan kadar triptofan asam amino yang berperan dalam produksi serotonin di otak.
Serotonin adalah neurotransmitter yang berfungsi mengatur suasana hati, tidur, dan fungsi tubuh lainnya. Ketika kadar serotonin meningkat, salah satu efeknya adalah rasa males dan mengantuk. Proses ini membuat otak terasa lebih lemot, sehingga kita merasa sulit fokus atau malas beraktivitas setelah makan.
Selain itu, aktivitas pencernaan yang intens setelah makan juga berkontribusi pada fenomena ini. Sistem pencernaan membutuhkan banyak darah dan energi untuk mencerna makanan. Akibatnya, aliran darah ke otak bisa berkurang sementara, menyebabkan otak kekurangan oksigen dan energi yang diperlukan untuk berfungsi optimal. Inilah yang sering kita sebut sebagai "ngebleng."
Istilah medis yang relevan untuk menjelaskan hubungan ini adalah gut-brain axis jalur komunikasi dua arah antara sistem pencernaan (usus) dan otak. Sistem ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di usus, termasuk proses pencernaan, dapat memengaruhi fungsi otak dan suasana hati (mood, males, semangat).
Hubungan Makanan dengan Psikologis
Tidak hanya efek fisik, makan berlebihan juga dapat memengaruhi aspek psikologis. Ada istilah binge eating disorder, yaitu gangguan makan berlebihan yang sering diikuti perasaan bersalah dan dorongan untuk terus makan meski sudah kenyang. Gangguan ini dapat membuat seseorang merasa malas atau kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas produktif, selain juga berdampak negatif pada kesehatan fisik dan emosional.
Pola Makan Yang Baik
Untuk itu agar tidak terjadi yang namanya penurunan kemampuan otak dalam berpikir, dan beraktivitas, harus mengetahui pola makan yang ideal menurut agama, karena agama terkhurus Islam telah mengatur hal yang demikian, kemudian dari pandangan agama inilah dilihat lebih lanjut versi medisnya. Sebab penting rasanya memerhatikan sesuatu yang bisa menghasilkan kebaikan untuk tubuh, psikis, dan kesehatan. Disini penulis mengetengahkan hadis Nabi yang membahas tentang makan.