Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

History of Metaverse

19 November 2022   04:25 Diperbarui: 19 November 2022   04:29 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

(?) Future of metaverse to come with more and more use cases joining.
-----

Untuk menjawab (?) di atas, paling enak memang memulainya dari "Cosmic Eye".

Lantas poin dari hasil riset yang intinya, "Separating fact from fiction". Ini ada beberapa catatan penting mengenai pencarian definisi metaverse, terdiri dari:
(1) The metaverse does not replace real life,
(2) There are not multiple metaverses,
(3) The metaverse is not AR/VR,
(4) The metaverse is not (just) gaming,
(5) The metaverse is not Web3,
(6) The metaverse is not only for a small group of users.

Kemudian masuk ke fase "ekosistem", dimulai dari tagar #MetaIncorporated sampai sekarang bernama "Meta Platforms". Rasanya kita masih berkutat di era ini sekarang.

Fase selanjutnya adalah terkait kata kunci "kuantum". Ini sering jadi diskusi kami beberapa hari terakhir, di tim "free think". Ingatkan saya akan tagar #AstrophysicsOfTime.

Terus masuk ke poin, apa yang akan kita temukan di film "Avatar: The Way of Water" (2022), yang ada kaitannya dengan metaverse? Sebab berdasarkan bahan di atas, metaverse belum ada sentuhan ekologi sama sekali. Ekosistem yang dibangun masih belum detil. Sekaligus mempertanyakan, mengapa film "Avatar" (2009) tidak masuk dalam list bahan di atas?

Lalu masuk ke fase yang kami istilahkan dengan "simulacra", berkembang ke arah hiperrealiti yang "sebaiknya" memang memunculkan istilah baru. Ini akan masuk ke diskusi filosofis model-model istilah modern, post-mo, dsb.

Terakhir adalah fase dimana kita bisa mendefinisikan dengan gamblang apa itu metaverse. Artinya, teknologi dan pencapaian ekosistemnya sudah mendukung, bahkan untuk dikaitkan dengan berbagai mitologi di masa lalu. Tapi dengan catatan bahwa semua "List of Religions and Spiritual Traditions" mau berdamai dengan menciptakan ekosistem surga (atau apapun istilahnya) di dalam metaverse. Maka ia akan menjadi #HistoryOfMetaverse yang abadi karena ada #MythologyOfAlgorithms.
-----
(#CyberpunkIndonesia, now)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun