Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Republik untuk Indonesia

18 November 2022   03:48 Diperbarui: 18 November 2022   04:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(1) Post-Suharto era in Indonesia,
(2) Indonesia.

Poin post-Suharto saya wakilkan dengan tagar twitter #35Busd (atau bahkan sebenarnya lebih). Dengan kata lain, ini record pemimpin kita sebagai ter-korupsi di dunia, alias mencerminkan warga negaranya (termasuk saya, barangkali). 

Meski post-Suharto disamakan dengan "Reform Era" (#EraReformasi), tetap saja judul wiki tak mau melepas kata "Suharto" di judul utama. Ada apa ini? Apakah ada uang nyangkut yang sampai sekarang belum beres?
Sumber
-----
Hal-hal yang saya rasa unik adalah pemakaian kata "republik" dalam kehidupan kita sehari-hari. Pihak yang getol dengan istilah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sangat menentang sesuatu yang bersifat "kiri", atau kalau di kita ke arah "komunis" (yang dulu heboh lewat PKI, alias partai).

Di sisi lain, ada yang bilang Tan Malaka itu partainya MURBA, ada juga yang mengarahkan ke PKI. Mana yang benar? Tanya ahli sejarah.

Yang jelas, jika Tan Malaka tidak dianggap di negara ini, maka seharusnya kata "republik" juga dihapuskan dari istilah "Republik Indonesia". Kita pakai  "Indonesia" saja, nggak usah bawa-bawa "republik". Etisnya sih begitu. Kecuali ada yang mau "nyentrik" dengan merekayasa sejarah lewat penjelasan bahwa ada buku lain milik pribumi yang judulnya memakai kata "republik". Ini baru masuk. Jika tidak, yaaa balik lagi... Nggak etis aja jadinya.
-----
Menurut saya permasalahan kata "republik" ini penting, jika tidak dipahami dengan baik, maka topik NKRI dan RI menjadi tidak selaras. Bukan saya pro-kiri, tapi NKRI harus membuang huruf "R"-nya sehingga menjadi NKI (Negara Kesatuan Indonesia). Dan hati-hati! NKI salah-salah malah di-cap penerus PKI pula nantinya.
-----
Singkat kata, zaman sudah berubah, generasi pun cenderung kekinian. Daripada pusing urusan kiri-kanan, mending pakai "kanan-kiri oke" biar enak. Bukannya goyang karawang itu juga ke kiri dan ke kanan, tho?
=====
(#CyberpunkIndonesia, 18 November 2022)
-----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun