Gegara si Ibu suka ngutang di warung atas izin Abi, tanpa sepengetahuan Umi (yang notabene penguasa warung). Tapi tetap, ini nggak mungkin ditulis oleh anak SD. Paling jadi omongan gosip sesama teman-teman. Kalau isi karangan anak SD akan selalu indah, yaaa... Daripada nilai pelajaran mengarang jadi jelek.
-----
Simulacrum juga bisa diterapkan di pelajaran menggambar oleh seorang Bapak Guru ke murid-muridnya.Â
PAK GURU:
Anak-anak! Hari ini kita pelajaran menggambar dengan tema "saya". Kalian menggambar saya sesuai dengan persepsi kalian masing-masing!
Yang model-model begini serunya buat pelajar SMP atau SMA. Mereka akan mempersepsikan dengan keahlian menggambar masing-masing, plus (tanpa sadar) sesuai dengan "proses kerja" yang ada di otak mereka.
Hasil-hasil gambar itu dikumpulkan, untuk kemudian keesokan hari jadi bahan analisis bagi pelajaran mengarang. Jadi murid-murid diminta untuk menjelaskan apa yang mereka gambar kemarin dalam satu lembar kertas folio bolak-balik. Biar satu paket.
Setelah karangan selesai, betapa kagetnya si Bapak Guru lantaran penjelasan para murid unik-unik.
Ada gambar yang dibuat dengan wajah Bapak Guru memakai peci dan jenggot panjang. Di karangannya, gambar tersebut merupakan imajinasi dia tentang Bapak Guru yang bersiap-siap hendak naik haji.Â
Ada juga gambar yang bagus banget, tapi di bagian resleting celana nongol rambutnya. Di karangan, dijelaskan bahwa Pak Guru pernah lupa menutup kembali resletingnya sehingga ada tikus lucu bersembunyi di sana.
Bahkan yang bikin geli, ada yang nggak bisa gambar tapi corat-coret saja seperti benang kusut. Dalam karangan dia menjelaskan, bahwa itu adalah rambutnya Pak Guru yang keriting jika lupa dipotong, serta dilihat dari dekat.
Macam-macam. Namanya juga hasil persepsi kerja otak.
-----