"Saya percaya pada konsep Tuhan-nya Spinoza yang mengungkapkan dirinya dalam harmoni yang teratur dari apa yang ada, bukan pada Tuhan yang memperhatikan nasib dan tindakan manusia."
(Albert Einstein)
PAS, indah banget ini. Paling tidak mengobati diri dari kata "takdir".
[30/10 23.54] Ruli Harmadi: Dari sudut pandang kosmos yg maha luas, takdir manusia itu gak penting jadinya. Ilusi itu adanya cuma dalam pikiran manusia ternyata.
[31/10 00.01] Wurry Agus Parluten: Enggak, bukan itu. Ada nuansa ke arah...
[31/10 00.05] Wurry Agus Parluten: Ada kesan "operating system" dimana kita diperlakukan seperti "humanoid".
[31/10 00.08] Ruli Harmadi: Makanya gue bilang, ini kan tergantung pandangan orang mengenai kosmos. Tuhan mengatur takdir manusia atau takdir itu terjadi karena JARINGAN KEHIDUPAN seperti web?
Wurry Agus Parluten: Hmmm... bener juga.Â
Asal "akidah" yang dimaksud adalah usaha untuk memahami diri kita di semesta nan maha luas ini. Bukan terjebak di istilah "takdir" yang berujung dengan refleksi negatif dari kata "nasib". Jadi ada cerahnya sedikit hidup ini, gak menghukum diri dengan kebahagiaan palsu.
https://youtu.be/rpY41giMZiU
Tapi kalo "cyber universe" masih berkesan buatan manusia, walaupun akhir-akhir ini kita sering mengembalikannya ke "kehendak algoritma".
=====
FOTO: Sufi Cosmology https://justluten.blogspot.com/2022/02/sufi-cosmology.html
-----
*copas dari berbagai sumber | #PunkDulmuluk, 30-31 okt 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H