Mohon tunggu...
Wurry Agus Parluten
Wurry Agus Parluten Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Ayah dan Suami.

Pernah menjadi Penulis Skenario, Pembuat Film Indie, Penulis (jadi-jadian), Pembaca, (semacam) Petani, (semacam) Satpam. Sekarang gemar dengan #tagar atau #hashtag guna mengisi sisa hidup.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepuluh Kebutuhan Primer

27 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 27 Juni 2022   09:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada fantasy, comedy, horror, dsb. Ya, agar tidak terus terjebak di dalam drama, salah satunya memunculkan tagar #TenBasicNeeds yang nyata di dalam kehidupan, atau paling nggak, kehidupan saya sebagai makhluk hidup. Kucing saja meang-meong berisik kalau nggak makan, apalagi saya.
-----
Setiap poin dari Sepuluh Kebutuhan Primer ini punya keunikan tersendiri jika diselami. Sebagai contoh kebutuhan sanitasi, bagian ini cenderung berhubungan dengan kebutuhan akan air. 

Mulai dari air yang layak untuk diminum, mandi, hingga tema-tema seperti air yang terkontaminasi. Sanitasi ini juga ada hubungan dengan kebiasaan kita sehari-hari untuk buang air kecil dan besar. Maka saya sempat berfikir, jika di bulan puasa Ramadan kita dilarang untuk makan dan minum, bagaimana kalau puasa menahan berak dan kencing? Apa bisa ditahan, ya? Dengan kata lain, puasanya disebut menahan berak dan kencing.
-----
Begitu juga dengan poin-poin lain, seperti pendidikan yang cenderung dekat dengan internet. Mungkin ini juga yang bikin munculnya istilah "kurikulum merdeka belajar". 

Menyelami bagian ini justru membuat saya terfikir, bahwa Kemendikbudristek RI sebenarnya dekat dengan Kemnaker. Dirasa-rasa benar juga, kalau nggak ada informasi tentang peluang dan kebutuhan di dunia kerja, mana mungkin dunia pendidikan bisa punya arah. Maka tidak jarang para orangtua yang sudah menguliahkan anaknya mahal-mahal, eh jadi sarjana malah menganggur. 

Walaupun ini hanya salah satu faktor penyebab, tapi ya, masuk akal. Bukan hal yang berkaitan dengan "salah" atau "benar", ini menarik. Maka wajar, banyak dunia perkuliahan yang bikin tagline "lulus kuliah langsung kerja". Entah kerja-nya kayak romusha (istilah ponakan saya), yang penting judulnya "kerja". Padahal secara kata, "kerja" itu ya "kata kerja". Garuk-garuk pantat juga masuk dalam kategori melakukan aktivitas kerja, sebab "menggaruk" ialah "verb".
-----
Sepuluh Kebutuhan Primer ini adalah versi yang saya temukan dengan menjelajah dunia maya pakai pendekatan tagar Twitter #HyperlinkMindset. Balik lagi, setiap kita punya cara sendiri dalam menciptakan klasifikasi kebutuhan primer. Yang jadi masalah sekarang adalah, saya hanya bisa meng-kreasi-kan tagar kebutuhan primer lewat tulisan. Harapannya sederhana, agar anak-cucu saya bisa membaca bagaimana olah pikir saya selama hidup.
-----
Kembali lagi, setelah kurang-lebih 11 tahun bergulat dengan buku harian (dsb, seperti tertera di atas), maka beberapa minggu terakhir saya bergerilya kembali dalam dunia penulisan dengan sisa energi yang ada. Saya akui, bahwa dalam kondisi saat ini, saya sudah ketinggalan zaman dari yang muda-muda. 

Namun karena saya merasa nggak ada pilihan lain, selain menulis, maka menulis-lah saya. Untungnya sejak 2011 saya masih terus melakukan kebiasaan ini, walaupun buku harian. 

Saya menulis dan membacanya sendiri, dengan alasan, awalnya untuk mengobati diri agar tidak stres. Tapi lama-lama jadi usaha untuk mengenali diri sendiri. Sesuai dengan bio pada akun kompasianer ini, saya sudah mencoba berbagai hal, tapi entah mengapa selalu balik ke dunia penulisan.
-----
Jika dibuat jadi sederhana, ya, ini adalah usaha mengembalikan arti diri sebagai seorang ayah dan suami.
-----
(Gelumbang, 26 Juni 2022)
-----
Twitter: @justluten
-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun