Bulan sabit muncul di atas ubun-ubun
jatuh ke kali berlumur darah
darah wanita binal, nakal
dari pojok jendela
gorden kafan terbuka
dahi petani mengkerut
menahan perut, hutang tetangga
nasi basi belum lunas
ruang termaram
ribuan serangga nyaring riang
mantranya mengundang mendug tebal
hari ini emas sudah berkarat
dan gerimis benar-benar menjadi logam
raja kaya menghabiskan harta
2 sen sehari, dihisap juga
dan empunya hutang nasi basi
dua kali revolusi beda nama
dan kami masih menderita
adakah kebijakan di musyawarahkan
berdiri sama tinggi duduk sama rendah
dengan pergi ke desa dan mengamini permasalahan yang nyata
seperti airlangga bukan kolonial
kita memang tidak pernah sama
namun kesamaan sebagai bangsa
tak boleh membiarkan jalan terang tertutup hasut
karena toh, perceraian hanya membuat sengsara
karena mengawali lebih berat dari membangun
cekcok membuat kita tak punya perabot
akhirnya hutang semakin menggunung
nasib baik tak akan datang di tengah prahara
pasrah dan terima adalah cara paling mudah
hari esok, kami masih bisa makan rumput kering
dan bulan depan buatlah metode agar dapat dimakan enak
(AS.Amri, Yogya 23 mei 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H