Buku        : dawuk kisah kelabu dari rumbuk randu
Pengarang    : Makhfud Ikhwan
Penerbit      : Marjin Kiri
Halaman      : vi + 182
Tahun       : Juni 2017
Tampaknya hasil eksperimen -- walau ini tak mau diakui -- Makhfud Ikhwan pada novel yang menyabet kusala sastra khatulistiwa 2017 tersaji dengan cemerlang. Celetukan-celetukan khas penulis yang dapat kita temui di banyak tulisannya serta kecintaannya terhadap dunia Bollywood mampu dibalut dengan apik dengan cerita yang diangkatnya.
Sebelum kita masuk pada kesempatan mendongengnya, sinopsis yang ditulisnya sungguh menggelitik, seperti ini : Masalahnya sejauh mana cerita Warto itu sungguh-sungguh terjadi;atau hanya bualan untuk menutupi masa lalunya sendiri?. akhir tulisan ini tampaknya dibuat sangat hati-hati dalam memainkan sisi psikologis pembaca, diperkenalkan seolah-olah sudah mengenal baik tokoh Warto yang diperkenalkannya ini hingga pastilah muncul pertanyaan retoris kita: Siapakah Warto?
Dengan mengangkat entitas klasik masyarakat yang dekat dengan kehidupan pembaca, maka tak segan dan tak sungkan narasi yang dituliskan Makhfud Ikhwan membawa kita untuk larut dalam dongeng nya.Â
Cerita yang didominasi unsur naratif yang kental serta penokohan yang ditampilkan begitu kuat dan bermacam mampu melakukan magical hypnotic terhadap pikiran pembaca, walau tokoh Mat Dawuk diimajinasikan oleh saya -- penulis juga harus tanggung jawab sih -- sebagai sosok Man of Steelyang kekurangan jubah serta tidak setampan clark kent -- yang diperankan Henry Cavill. Â Â Â Â
Konflik yang sederhana dipadupadankan dengan penokohan serta alur yang terkembang membuka kesempatan baru yang dipuji oleh para kritikus sastra sebagai karya yang eksperimental. Bagaimana tidak eksperimental, lha wongkita dikaburkan dari yang fiksi dan nyata. Jadi batas yang saya sarankan adalah imajinasi pembaca sebagai Resepsi,eh maksud saya Reseptor. Oh ya tambahan, kalau mau baca novel ini sambil menyeruput kopi ya, biar apa coba tebak ? Ada deh !
Walau bukan cerita pertama yang mengangkat kisah cinta ranjang, alegorisasi yang dipakai mampu menyodorkan permasalahan segmental terhadap kejadian serong. TKI, serta memahami konteks keagamaan. Dan juga kalau novel ini dijadikan tugas UAS Telaah Prosa saya, dengan senang hati saya akan terima untuk memusingkan kepala mengenai story dan discouse nya, kalau kata dosen saya.