butiran air saling berkejaran, berlomba untuk segera sampai ke bumi
menatapnya, perlahan mengosongkan pandangan
suaranya membangunkan sebagian kisah masalaluku
baunya menyempitkan dada, menumbuhkan kerinduan
tiap tetesnya memutar memori, lalu berhenti setelah sampai pada 12 tahun yang lalu
ketika itu aku berumur 10 tahun
nampak gadis kesil, menatap luas pematang sawah yang berundak-undak yang membentang di depan rumah yang ditinggalinya ketika itu
sorot matanya menyampaikan kebahagiaan
garis di wajahnya memberitahu bahwa ia sangat menikmati setiap detik waktu yang dijalaninya
hatinya berbisik, terimakasih ya Allah. Engkau telah memberiku kakak yang sangat memperhatikanku.
namun, beberapa hari setelah itu. ketika seseorang datang, menjemputnya, membawanya kembali ke rumah orangtua.
keluarlah tetes-tetes air dari kedua matanya
tidak ingin ada yang melihat, segera ia mengusapkan tangan ke wajah
membersihkan air yang membanjiri kedua pipi
ia kira, dengan begitu akan menghapus jejak kesedihannya
kakak, akankah engkau mengajakku kesini lagi pada liburan selanjutnya?
namun ia hanya menyimpannya sendiri, tidak berani meminta
dan ketika libur sekolah kembali datang, dihabiskannya dengan kedua orangtua dan teman-temannya.
kakak, kenapa tidak lagi mengajakku meramaikan tempat tinggalmu?
tidakkah engkau tahu, aku sangat merindukanmu?
kini, ketika awan mulai menumpahkan apa yang bersemayan di dalamya.
aku pun ingin menumpahkan sebagian dari apa yang bersembunyi di dalam hatikuÂ
Â
04.27 p.m @ perkot Yogyakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI