Mohon tunggu...
Ary Toekan
Ary Toekan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konten Kreator

Penikmat seni dan sastra, menyukai dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelayaran Senja

31 Januari 2019   09:23 Diperbarui: 1 Februari 2019   07:22 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini tak telalu cerah, awan-awan hitam serupa bongkahan gunung es menggantung di langit, udara segar terasa sejuk, alam teduh penuh khusu seakan bermunajat pada yang kuasa. Meski matahari seakan malu menampakkan wajahnya namun laut tenang ramah menampung keteduhan, . Semakin lama semakin jelas terlihat garis-garis warna. Di kiri dan kanan tak lagi terlihat gugusan pulau, kini kapal tengah berada di samudra nan luas. Dari kejauhan samar terlihat sebuah benda berbentuk memanjang berwarna kemerahan, kini semakin jelas terlihat jaraknya tak terlalu jauh, " ternyata kita tak berlayar sendiri",  bisik lembut sang istri pada telinga ara. 

Sekira 2 mil dari kapal yang ditumpangi kedua sejoli ini ada sebuah kapal barang melaju disisi kanan kapal penumpang ini. Mungkin ini "Tol Laut" salah satu program pemerintah untuk mendekatkan pelayanan bahan pokok dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat, ungkap perempuan disampingnya.

Laut begitu sabar menampung serakan sampah yang mengapung dibawa arus, dibuang oleh mereka yang tak memiliki empati, laut yang juga ikhlas diarungi kapal-kapal, meski kapal-kapal itu berlalu datang dan pergi begitu saja, Ara membatin, dihadapannya perempuan teman kelasnya tatkala SMP dahulu yang kini telah menjadi pendamping hidupnya sejak enam tahun silam. Kedua sejoli ini masih terus setia menikmati segarnya bayu pagi.

Waktu terus berlalu, deru mesin kapal mengantar Ara dan ribuan angan. Pria penikmat sastra yang tengah gemar menekuni dunia tulis menulis itu terus berpacu dengan sejuta inspirasi dan mengutak-atik keyboard HPnya demi menyelesaikan sederet sajak. Ia tak mau ide sederhana itu dibiarkan berlalu tanpa dijadikan skrip yang mungkin saja kelak beguna, walau sekadar menghiasi dinding akun facebooknya. Karena baginya telah banyak ide-ide "gila" dari orang-orang cerdas yang pernah berdiskusi dengannya namun raib tanpa bekas lantaran tak diarsipkan dengan baik. Ia ingin ide-idenya menjadi warkat walaupun hanya pada anak-anak kampung. Meski hanya menjadi pemicu semangat membaca.(AT)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun